Senin, 17 Mei 2010

teori struktur fungsional dalam kajian ilmu antropologi

PENDAHULUAN
Didalam kehidupan manusia itu tidak akan pernah lepas dari banyak interaksi baik interaksi sosial maupun interaksi bermasyarakat, secara garis besarnya manusia akan selalu hidup dalam keadaan berinteraksi sosial. Karena disamping itu manusia juga sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial.
Struktur fungsionalisme adalah salah satu pokok permasalahan yang sangat rumit didalam ilmu antropologi, oleh sebab itu sebelumnya kita perlu memahami terlebih dahulu akan arti mengenai struktural itu sendiri. Dan didalam struktural fungsional itu sendiri menjelaskan tentang apa itu struktur dan apa itu fungsi. Fungsi struktural menjelaskan tentang pola-pola nyata hubungan atau interaksi antara berbagai komponen masyarakat. Pola-pola yang secara relatif, bertahan lama karena interaksi-interaksi tersebut terjadi dalam cara yang kurang lebih terorganisasi, menurut fungsi-fungsi yang tertentu.
Dan struktur fungsional ini perlu adanya pengelompokkan antara satu kesatuan masyarakat yang satu dan yang lainnya sesuai dengan struktur fungsinya. Itu semua, tindakan terlepas dengan tujuannya, antara fungsi dan struktur, maupun struktur dan fungsi. Oleh karena itu struktural dan fungsional sangat menentukan tentang suatu struktur masyarakat itu sendiri. Maka sangatlah perlu kita bahas dan kita tela’ah bersama. Mengenai teori struktural dan fungsional, apa itu struktur? Apa itu fungsional? Bagaimana penerapannya? Agar kita faham dan mengerti dan kita dapat mengetahui secara mendalam tentang sub bahasan mengenai teori struktural dan fungsional itu sendiri.
Serta perlu di kemukakan mengenai teori struktur dan fungsional ini sangat berperan didalam berkehidupan sosial, dari beberapa tokoh filosof dan sedikit konflik antara pendapat Grabb dan filosof yang lainnya tetapi yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan, untuk itu lebih lanjut dan jelas mari kita bahas bersama-sama.



PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Fungsional
1. Struktur
Struktur ditinjau dari segi etimologi adalah susunan atau bagian-bagian. Sedangkan menurut terminologi adalah : Pola-pola nyata hubungan atau interaksi antara berbagai komponen masyarakat. Pola-pola yang secara relatif bertahan lama karena, interaksi-interaksi tersebut terjadi dalam cara yang kurang lebih terorganisasi.
Pada tingkat yang paling umum adalah masyarakat secara keseluruhan yang dapat dilihat sebagai struktur tunggal yang menaunginya pada tingkat di bawahnya adalah suatu rangkaian struktur-struktur yang saling berkaitan untuk membentuk masyarakat, ibarat pilar-pilar bangunan atau seperti organ-organ dari organisme yang hidup.
Struktur sosial menurut Emile Durkheim dalam paradigma fakta sosial adalah, jaringan hubungan sosial dimana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-posisi sosial dari individu dan sub kelompok tersebut dapat dibedakan.
Sedangkan menurut ”Radeliffe Brown”, struktur sosial adalah hubungan antara unsur-unsur masyarakat baik dengan rujukan pada individu tertentu maupun setatus yang mereka sandang. Oleh karena itu, struktur sosial adalah saling keterkaitan antara status-status yang dihasilkan apabila pelaku melaksanakan peranan yang dikenakan dalam interaksi dengan yang lain, jadi apabila orang-orang yang menepati status pekerja, pemilik manager dan status-status yang lainnya dalam masyarakat melaksanakan peran-perannya, maka kita akan mengetahui struktur ekonomi, atau pekerjaan dalam masyarakat tersebut.
Demikian pula jika orang-orang yang merupakan pemilih wakil rakyat, pejabat pemerintah dan sebagainya. Melaksanakan peranan-peranan mereka maka kita dapat mengetahui struktur politik dalam masyarakat tersebut dalam perspektif yang sama dapat digunakan untuk menandai karakteristik struktur sosial. Berdasarkan pendidikan, agama dan lainnya yang membentuk masyarakat yang menjadi salah satu aspek yang menyatakan dalam sebuah konsep mengenai masyarakat adalah bahwa setiap individu dapat memiliki status dan peranan dalam semua struktur ini pada saat yang sama sebagai akibatnya, pelaku individual berada dalam sejumlah struktur, konsep tersebut memandang individu sebagai menjadi beberapa peranan :
Untuk menguraikan adanya struktur-struktur tentang ada yang namanya status dan peranan. Status dan peranan itu sangat mempengaruhi adanya struktur, seperth halnya uraian diatas yang berujung tingkat analisis yang mendasar yakni: perilaku sosial individu dalam prespektif struktural fungsional, setiap individu menempati suatu status dalam berbagai struktur masyarakat. Status dalam hal ini bukanlah prestise dan posisi individual melainkan posisi itu sendiri individual yang menempati suatu status juga dianggap memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu yang merupakan peranan didalam status tersebut. Jadi status dan peranan cenderung berada bersama-sama dalam apa yang disebut persons sebagai kumpulan status dan peranan.

B. Norma, Nilai dan Insititusi dalam Struktur
Dibawah laba, ”Struktur sosial” para struktural fungsionalis tak hanya memasukkan interaksi status peranan tapi juga aturan-aturan khusus dan keyakinan-keyakinan umum, ”Yaitu norma dan nilai hal inilah yang mengatur interaksi-interaksi pada masyarakat, pandangan yang lebih menonjol di kalangan struktural fungsionalis adalah : bahwa norma-norma dan nilai-nilai tersebut bukanlah struktural, melainkan ”kultural” yang eksis dalam berbagai ruang konseptual yang meliputi struktur. Struktur sosial, dengan kata lain norma dan nilai sebenarnya adalah ide-ide atau simbol-simbol yang berada dalam pikiran individu sebagai kode dan sanksi bagi interaksi mereka.
Ketidak sepakatan mengenai apakah norma dan nilai itu struktural atau kultural menimbulkan kebingunan yang sama dengan makna ”supra struktur”. Dalam teori Marx seperit halnya suprastruktural dapat mengikat ide-ide tersebut demikian pula norma-norma dan nilai-nilai kadang-kadang disetarakan dengan struktur-struktur yang mempresentasikannya rumusan ini khususnya terjadi ketika struktural-fungsionalis berbicara tentang institusi yang permanen, bertahan lama dan sistem kewajiban dari norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Sebagai contoh: ada kecenderungan umum untuk menyetarakan institusi keagamaan, sistem aturan dan keyakinan, keagamaan aparat administrasi yang mengembangkan tujuan nominal dalam melaksanakan keyakinan keagamaan ini. Hal yang sama juga terjadi pada institusi ekonomi, dan struktur ekonomi, sistem pendidikan dan sistem kependidikan atau institusi politik atau struktur negara.
Meskipun timbul kebingunan yakni rumusan longgar antara ide dan realitas, dari institusi da struktur sosial. Keracunan ini kadang berguna sebagai alat untuk membantu mengorganisasi pemikiran seseorang mengenai tatanan sosial, namun orangpun harus berhati-hati untuk mencari kasus-kasus dimana nilai dan norma dan hubungan-hubungan struktural yang aktual tidak berkaitan datu sama lain sebagai contoh, ketika nilai dominan, seperti persamaan kesempatan ekonomi dalam kapitalisme, ternyata tidak terwujudkan dalam struktur sosial yang ada.

C. Konsep Mengenai Struktur Sosial dan Ilmu Antropologi
Sosial uraian mengenai apa yang aimaksudkan oleh Radcliffe Brown dengar. istilah social structure sudah sering diberikannya dalam berbagai tulisannya. Tetapi suatu uraian yang jelas dan ringkas diberikannya dalam pidato pengukuhannya sebakai ketua lembaga antropologi Roval Anthrupological Institute of Great Britain and Ireland dalam tahun 1939. Dalam pidato yang judulnya On Social Structure itu ia menerangkan bahwa:
1. Masyarakat yang hidup di tengah-tengah alam semesta sebenarnya terdiri dari serangkaian gejala-gejala yang dapat kita sebut gejala sosial. Demikian juga banyak hal lain dalam alam semesta ini seperti planet-planet yang beredar, organisma-organisma yang hidup, molekul ¬molekul yang bergerak; sebenarnya terdiri dari berbagai rangkaian gejala alam.
2. Masyarakat yang hidup sebenarnya juga merupakan suatu klas dari gejala-gejala di antara gejala-gejala alam yang lain, dan dapat juga dipelajari dengan metodologi yang sama seperti metodologi yang dipergunakan untuk mempelajari gejala-gejala alam semesta lain tadi.
3. Suatu masyarakat yang hidup merapakan suatu sistem sosial, dan suatu sistenm sosial mempunyai struktur ¬juga seperti halnya bumi, organisma. makhluk atau molekul.
4. Suatu ilmu mengenai masvarakat seperti ilmu sosial, yang mempelajari struktur dan sistem-sistem sosial adalah sama halnya dengan ilmu geologi yang mempelajari struktur kulit bumi, atau ilmi biologi yang mempelajari struktur dari oranisme-organisme ilmu kimia yang mempelajari struktur dari molekul-molekul.
5. Suatu struktur sosial merupakan total dari jaringan hubungan antara individu-individu, atau lebih baik person-person, dan kelompok-kelompok person. Dimensinya ada dua, yaitu hubuugan diadik, artinya an¬tara pihak (yaitu person atau kelompok) kesatuan dengan pihak kedua, tetapi juga diferensial, antara satu pihak dengan beberapa pihak yang, berbeda-beda, atau se¬baliknya.
6. ”Bentuk dari struktur sosial” adalah tetap, dan kalau toh berobah, proses itu biasanya berjalan lambat, se¬dangkan ”realitas struktur sosial” atau wujud dari struk¬tur sosial, yaitu person-person atau kelompok-kelompok yang ada di dalamnya, selalu berobah dan berganti. Tentu saja ada beberapa peristiwa yang dapat juga men¬buat bentuk dari struktur sosial itu mendadak berubah, yaitu misalnya peristiwa perang atau revolusi.
7. Dalam penelitian masyarakat di lapangan, seorang pe¬neliti mengobservasi wujud dari struktur sosial, tetapi analisanya harus sampai kepada pengertian tentang bentuknya yang bersifat lebih abstrak. Bentuk struktur sosial dapat dideskripsi dalam dua keadaan. Hal itu sama dengan cara seorang ahli anatomi mendeskripsi suatu or¬ganisma dalam keadaan berhenti, menjadi morfologi dari organisma itu, tetapi juga dapat dalam keadaan berproses (hidup), menjadi fisiologi dari organisma itu. Sebagai analoginya, seorang ahli ilmu sosial dapat mendeskripsi bentuk dari suatu struktur sosiai dalam keadaan seolah-¬olah berhenti menjadi morfologi sosial, tetapi juga dalam keadaan berproses menjadi fisiologi sosial (Radeliffe Brown, 1952: 180-181).
8. Seorang ahli ilmu sosial yang mendeskripsi suatu struktur sosial pada dimensi diadik maupun diferensialnya, serta morfologi sosial maupun fisiologi sosialnya, dapat mengerti latar belakang kehidupan kekerabatan, ekonomi religi, mitologi, dan sektor-sektor lain dalam kehidupan masya¬rakat yang menjadi pokok perhatiannya.
9. Struktur sosial dapat juga dipakai sebagai kriterium untuk menentukan batas dari suatu sistem sosial atau suatu kesatuan masyarakat sebagai organisma. hal itu telah menjadi masalah bagi para ahli ilmu sosial sejak lama. Apakah Kerjaaan Inggeris itu suatu masyarakat, ataukah suatu gabungan dari banyak masyarakat? Apakah sebuah desa di Cina itu suatu masyarakat, atau hanya suatu bagian saja dari suatu masyarakat yang lebih besar? Menurut Radeliffe-Brown batas jaringan-jaringan struktur sosial itulah yang merupakan batas Suatu masyarakat.
10. Ilmu antropologi sosial adalah salah satu ilmu sosial yang bertugas mempelajari struktur-struktur sosial dari sebanyak mungkin masyarakat sebagai kesatuan-kesatuan, dan membandingkannya dengan metode analisa komparatif untuk mencari azas-azasnya. Dengan demikian dapat dikembangkan suatu klasifikasi besar dari semua jenis struktur sosial yang ada di dunia, ke dalam beberapa tipe dan sub-tipe struktur sosial yang terbatas.
11. Klasifikasi dari aneka-warna gejala alam itu telah terbukti mutlak untuk kemajuan ilmu alam. Ilmu biologi baru maju pesat ketika klasifikasi dari beribu-ribu jenis bentuk makhluk hidup di dunia ini menjadi beberapa suku, infrasuku, keluarga, jenis, dan ras yang terbatas. Demikian pula ilmu antropologi sosial akan maju dan mampu me¬ngembangkan hipotesa-hipotesa yang setelah diuji dapat dikembangkan menjadi kaidah-kaidah sosial, atau social laws, atau suatu klasifikasi besar mengenai aneka-warna struktur sosial tersusun.
Dalam sub 10 dan 11 dari uraian di atas digunakan istilah “antropologi sosial”. Radcliffe-Brown yang memang selalu mempergunakan istilah dengan sangat ketat, mengusulkan agar disiplin yang melaksanakan prosedur penelitian, analisa, klasifikasi, dan generalisasi seperti terurai di atas, secara khusus disebut dengan istilah “antropologi sosial”. Maksudnya agar dapat dibedakan dengan jelas dari ilmu antropologi yang ber¬usaha menerangkan dari gejala-gejala masyarakat dan kebudayaan manusia yang beraneka-warna di seluruh muka bumi ini, dengan analisa yang bersifat historis atau yang berdasarkan metode analisa difusionisme. Untuk ilmu antropologi jenis terakhir itu ia mengusulkan istilah yang lama, yaitu “etnologi”.
Istilah “antropologi sosiai” pertama kali dipergunakan di Inggris, ketika jabatan guru besar kehormatan yang diberi¬kan oleh Universitas Liverpoel kepada J. Frazer dinyatakan dalam ilmu social anthropology (Evans-Pritchara 1951: 3).
Adapun pandangan dan cita-cita Radeliffe-Brown menge¬nai suatu ilmu sosial berdasarkan metodologi ilmu alam tak pernah sempat diterapkan olehnya; dan walaupun ia menyatakan berkali-kali bahwa struktur sosial itu ada dan dapat diana¬lisa pada segala macam masyarakat, baik yang bersahaja maupun yang komplek, dalam praktek ia sendiri hanya menerapkan¬nya pada dua pranata, yaitu sistem kekerabatan unilineal dan upacara agama beserta mitologinya, dalam tiga macam masyarakat, yaitu masyarakat berburu di Andaman dan Australia, dan masyarakat peternak dan petani di Afrika.

D. Struktur Sosial dan Organisasi Sosial
Bagian ini berupaya memperjelas perbedaan antara kedua konsep ini yang secara tcrminologi sangat sedikit perbedaan implikasinya. Bahkan, kerap kali para penulis menyamakan begitu saja kedua konsep ini. “Organisasi sosial” cenderung digunakan secara longgar uutuk merujuk kepada penjumlahan total kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu konteks sosial tertentu. Sedangkan struktur sosial biasanya di¬gunakan nntuk merujuk konteks sosial itu sendiri, atau lebih tepatnya hagi seperangkat hubungan sosial yang menjalin keterkaitan individu¬-individu dalam masyarakat. Namun, definisi “struktur-sosial” bervariasi menurut perspektif teoretis si penulis dan tingkat ketepatan yang di¬tuntut oleh perspektifnya.
Para henulis yang terutama mengkaji tindakan sosial cenderung memusatkan perhatian pada organisasi sosial, yang mendefinisikan peranan-peranan yang dimainkan oleh individu -individu dalam hubungan mereka satu sama lain. Para ahli yang lebih memerhatikan hubungan-hubungan formal antar orang-orang cenderung memusatkan perhatian pada strraktur sosial, yang mendefinisikan status-status para pelaku yang menjalankan peranan-peranan tersebut. Jadi, dapat di¬katakan bahwa organisasi sosial merupakan sasaran minat yang lebih besar bagi fungsionalis yang mengikuti pemikiran Malinowski, dan hingga batas-hatas tertentu para prosesualis seperti Raymond Firth (1951), sedangkan struktur sosial adalah sasaran minat yang Iebih besar bagi orang-orang yang menggunakan pendekatan yang bersumber dari tradisi struktural-fiungsionalis dan strukturalis klasik.
Perbedaan yang paling jelas antara kedua konsep tersebut termaktub dalam bab pendahuluan buku Radcliffe-Brown (1952) Structure and Function in Primitive Society, dan dalam tulisannya ”On Social Structure” dalam buku yang sama. Dalam ”On Social Structure” ia lebih lanjut membedakan stuktur sosial dari bentuk struktural, yang merimbulkan persoalan dan perdebatan baru, antara lain terutama dengan Levi-Strauss yang juga mengungkapkan pemikirannya sendiri tentang struktur.
Bagi Redelife-Brown, struktur sosial meliputi hubungan-hubungan antara manusia individual satu sama lain, dalam tulisannya ia menggunakan contoh hipotesis tiga individu, yakni A, B, dan C. Bentuk struktural adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi yaitu posisi-poisisi yang ditempati oleh A, B, dan C dalam berhubungan satu sama lain. A mungkin adalah bapak mertua B, sehingga bentuk strtural mendefinisikan hubungan antara bapak mertua dan menantu secara umum, bagi masyarakat tertentu. Pada dasarnya Radelife-Brown memandang struktur sosial sebagai suatu jaringan manusia yang nyata dalam suatu masyarakat yang nyata. Bentuk struktural mengandung konstanta kebudayaan yang memberikan memungkinkan bagi seseorang untuk mengatakan bahwa para cucu dari orang-orang tersebut hidup dalam suatu masyarakat dengan struktur sosial yang sama, dan bahwasannya proses sosial menyebabkan aspek perubahan sebagai suatu yang dipahami dan dianalisis dalam konteks evolusi bentuk struktural. Dalam suratnya kepada Levi-Strauss (lihat Levi Strauss, 1953), yang menggambarkan perbedaan antara struktur sosial dan bentuk struktural, Redeliffe-Brown menggunakan analogi kulit kerang dari spesies yang sama akan memiliki bentuk strktural yang sama. Ia secara sadar membangun analogi antropologi dengan biologi, suatu analogi yang terkandung dalam konsep struktur dan fungsi. Hubungan-hubungan fungsional (yang dipertentangkan dengan hubungan-hubungan struktural) lebih merupakan bagian dari organisasi sosial yang memungkinkan struktural sosial bekerja.
Levi-Strauss dan banyak antropolog yang lain secara konsisten menggunakan istilah struktur sosial untuk menyebut ”bentuk struktural” dari Radeliffe-Brown. Levi Strauss bahkan menggunakan istilah ”struktur sosial” untuk merujuk abstraksi yang masih tetap tinggi-struktur dari hubungan-hubungan sosial dalam semua masyarakat, di samping di dalam suatu masyarakat tertentu (dalam istilah Radeliffe-Brown, ”bentuk struktural”). Dalam kenyataan, Levi-Strauss hanya sekadar membangun semacam pembandingan lintas-budaya universal yang semenjak lama sudah dilakukan Radeliffe-Brown; tapi tak pernah mempraktikkannya, dan malahan Radeliffe-Brown sendiri kerap tergelincir dan mengguna¬kan istilah ”struktur sosial” untuk menyebut apa yang seharusnya di¬maksudkan sebagai ”bentuk struktural” (lihat Kuper, 1996). Yang benar¬ benar berbeda di antara keduanya adalah pemahaman mereka tentang lokus struktur (atau bentuk struktural). Konsepsi Levi-Strauss mengenai lokus struktur adalah berada dalam pikiran, bahkan dalam pikiran yang menjadi pusat perhatian Levi-Strauss sering kali adalah struktur dari semua kemungkinan struktur. Misalnya, kajian mengnai kekerabatan. Radeliffe-Brown, di pihak lain, selalu memandang struktur dan bentuk hanya dapat diakses melalui empiris, misalnya dari individu-individu A, 13, dan C ke atas, ke tingkat generalisasi yang dilandasi oleh perbandingan status-status mereka dengan status-status dari individu-individu lain, dalam masyarakat yang sama, atau akhirmya ada masyarakat mana pun secara luas.
Dalam sosiologi, istilah “struktur sosial” digunakan setidak-tidaknya semenjak Herbert Spencer, dan “organisasi sosial” sekurang-kurangnya semenjak Comte. Dalam disiplin tersebut, struktur sosial dan organisasi sosial kadang-kadang didefinisikan bahkan lebih formal daripada umumnya dikenal dalam antropologi. Pandangan Talcott Parsons me¬ngenai hubungan antara organisasi sosial dan siruktur sosial (1951) secara esensial sama dengan konsep Radeliffe-Brown, tapi sebagai tambahan Parsons memasukkan konsep sistem sosial yang terdiri dari kedua konsep vang disebut terdahlulu, yakni struktur sosial dan organisasi sosial. Parsons membedakan empat tingkatan dari sistem: yakni nilai-nilai sosial, pola ¬pola institusional, kolektivitas (kelompok) yang terspesialisasi, dan peran¬an-peranan yang dijalankan oleh individu-individu dalam kolektivitas atau kelompok itu.
Yang lebih rumit, George P Murdock (1949) dalam bukunya yang terkenal, Social Structure menggambarkan makna ”struktur sosial” yang sangat luas, suatu pendefinisian yang hanya sedikit-kaitannya dengan rumusan yang lebih tepat oleh teoretis lainnya, meskipun barangkali lebih dekat dengan makna yang biasa digunakan bagi ”organisasi sosial”. Banyak antropolog yang kemudian menyamakan begitu saja ”struktur sosial” dengan ’organisasi sosial’, yang merujuk baik kepada Radcliffe¬Brown (yang justru membedakannya), maupun kepada rumusan Parsons.
Pada masa berjayanya pemikiran Marx pada tahun 1970-an dan 1980-an, konsep-konsep ini memberikan jalan bagi pembentukan sosial yakni konsep dinamik yang mengisyaratkan hadirnya gagasan tindakan terpusat (action-centered idea) dari organisasi sosial di samping per¬hatian pada status dan hierarki yang merupakan pembentuk konsep, klasik struktur sosial. Tentu saja, para pemikir postmodernisme tak begitu peduli dengan konsep-konsep ini, dan nuansa maknanya tidak lagi di¬perhatikan. Tetapi, dalam konteks kepentingan untuk mendefinisikan aspek-aspek masyarakat, kedua konsep tersebut tetap berguna, bahkan sentral. Konsep struktur sosial dan organisasi sosial tetap merupakan perbendaharaan dasar dari disiplin antropologi sosial dan sosiologi¬s sekalipun makna yang diungkapkan Radcliffe-Brown masih kurang tepat.

E. Fungsional
Fungsional atau fungsi ditinjau dari segi etimologi adalah kegunaan lawan dari disfungsi, sedangkan menurut terminologi adalah suatu metode untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam suatu tataran masyarakat.
Menurut Robert K. Merton, fungsional adala : konsekuensi teramati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu.
Konsep pokok terakhir dalam struktural fungsionalisme adalah gagasan tentang fungsi itu sendiri. Kita mencatat bahwa ada keterkaitan antara struktur sosial dan institusi yang memberikan pedoman bagi kegiatan keduanya. Dalam cara yang sama, ada keterkaitan antara kedua konsep ini dan berbagai fungsi masyarakat sebagai contoh, seorang struktural fungsionalis akan mencirikan ekonomi dan kapitalisme sebagai suatu struktur, atau sistem dan struktur-struktur yang bekerja menurut seperangkat institusi ekonomi yang berkaitan dengannya, seperti kepemilikan pribadi, dalam melaksanakan fungsi utamanya, memenuhi sarana materi dari eksistensi bagi para anggota masyarakat.
Grabb (1984) secara kritis mempertanyakan apakah fungsi hanya dimaksudkan terkait dengan ekonomi dalam masyarakat? Sebagai mana dirancang oleh agen, atau pemimpin tertentu? Pertanyaan sedemikian itu muncul apabila istilah fungsi digunakan dalam sosiologi dan pengertian fungsi ini selalu diperdebatkan karena adanya perbedaan pendapat.
Untuk menjawab pertanyaan dari grabb tadi, meskipun banyak masalah mengenai fungsi tersebut, namun kita perlu menyeleksi konsep-konsep yang terkait dengan gagasan fungsi ketidak sepakatan, definisi tidaklah menghilangkan sekurang-kurangnya konsistensi dasar dalam penggunaan istilah fungsi ini. Bagi kebanyakan struktural fungsionalis, fungsi adalah tugas sosial, suatu tugas atau kegiatan yang harus di laksanakan dengan tingkt ketepatan tertentu. Apabila ada pengelompokkan sosial dan mempertahankan keanggotaan kelompoknya. Jadi istilah fungsi ini maknanya secara umum tidak terkait dengan satu pokok bahasan saja. Misalnya yang ditanyakan oleh Grabb tadi jawabannya tidak. Sebab fungsi itu dalam ilmu antropologi itu tidak hanya berkisar pada ekonomi saja akan tetapi ini adalah mengenai sosial. Apakah ekonomi itu bukan masuk kepada ilmu sosial? Tentu jawabnya iya, sebab ekonomi adalah masuk pada bagian ilmu sosial.
Dan diantara tugas-utgas tadi yang dimaksud dengan pengelompokkan sosial adalah, sesuatu hal terdapat pada tugas. Tugas dimana terdapat tentang wilayah kerja yang meliputi sosialisasi dan pendidikan kalangan muda.
Ada dua hal yang paling menonjol yang diutarakan oleh Grabb mengenai fungsionalis:
1. Pengamat berkeyakinan bahwa jika struktural fungsionalis menguraikan tugas-tugas masyarakat sebagai fungsi, maka mereka sebenarnya mempromosikan pandangan bahwa struktur-struktur dan institusi-institusi dari masyarakat yang ada adalah baik dan ideal yang berfungsi dengan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Implikasinya adalah, bahwa setiap perubahan dalam tatanan yang sudah mantap dalam konteks ini niscaya disfungional yakni terganggunya kerja masyarakat yang setabil, jadi para pengeritik berkeyakinan bahwa struktural fungsionalis secara tersirat mengadopsi begitu saja pandangan bahwa struktur sosial itu tidak berubah, kadang-kadang dikombinasikan dengan diabaikannya perubahan sosial.
2. Gagasan fungsi berkenaan dengan bagaimana kita memutuskan, andai kata sesuatu berfungsi atau tidak berfungsi struktur atau institusi atas dasar apakah struktur atau institusi tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Bagi kritikus penilaian semata-mata atas dasar ini menyiratkan bahwa suatu struktur atau sistem aturan dianggap fungsional selama ini ia memenuhi tugas-tugas tertentu dalam masyarakat yang terpenting tak soal konsekwensi-konsekwensinya.

F. Penjelasan-penjelasan Fungsionalis Struktural: Beberapa Contoh Singkat
Dalam kedua contoh ini, saya akan mengganakan isti¬lah ”penjelasan” secara lebih longgar; akan muncul kemu¬dian bahwa kemampuan dari sistem Parsons yang lebih bersifat menjelaskan daripada mendeskripsikan adalah merupa¬kan suatu isu pokok untuk berbagai kritiknya.
Penjelasan tentang perubahan historis. Di sini Parsons berbicara lagi mengenai analogi tentang organisme-organis¬me biologis, kali ini menyangkut caranya sebuah sel terbagi dan berlipat-ganda. Kebanyakan orang pada suatu waktu pernah melihat sebuah film yang diperlihatkan melalui mi¬kroskop mengenai sebuah sel yang mempelah menjadi dua, kemudian menjadi empat, dan seterusnya. Bagi Parsons, perkembangan masyarakat manusia bisa dilihat dengan cara yang sama. Masyarakat-masyarakat sederhana bisa dilihat sebagai suatu sel tunggal yang semula terbagi menjadi empat sub-sistem dan sistem umum mengenai tindakan dan pada gilirannya masing-masing sub-sistem itu terbagi lagi.-Proses itu berlangsung dalam tiga tahap: sub-sistem yang baru membedakan dirinya, suatu susunan yang baru terjadi me¬lalui suatu proses adaptasi dan reintegrasi dan akhirnya ter¬dapat pemantapan dari sebuah sistem nilai-nilai yang lebih umum pada tingkat cybernetic paling tinggi - sebuah sis¬tem ni1ai-nilai yang mencakup sub-sistem baru.
Sebuah contoh yang Iebih spesifik dapat diambil dari Parsons sendiri: transisi dari sistem masyarakat desa yang berdasarkan pertanian kepada masyarakat industri. Di sini termasuk juga pemisahan ekonomi dari sistem sosialis Sedangkan dalam masyaakat pra-industri, unit keluarga adalah juga unit utama untuk produksi. Keluarga menangani dan mengerjakan tanah secara bersama-sama meskipun dengan kerja tertutup, industrialisasi miemisahkan pekerjaan ke dalam perusahaan-perusahaan dan kantor-kantor: sedangkan kehidupan keluarga hanya dibatasi di rumah, Untuk suksesnya pemisahan ini Parsons mengatakan bahwa haruslah ada kemampuan adapun yang lebih besar: pekerjaan dilaksanakan dengan lebih efisien dan rasional di dalam unit-unit industri yang baru dan produktivitas meningkat, sedangkan keluarga memenuhi fungsi-fungsi sosialisasinya secara efisien sewaktu ia melepaskan karirnya dari fungsi fungsi ekonominya. Proses integrasi mencakup koordinasi dari kedua sistem (barangkali perkembangan-perkembangan sedemikian seperti undang-undang yang melarang wanita dan anak-anak dari pekerjaan tertentu). Dan perkembangan dari suatu hirarki kontrol ekonomi yang baru, karena sang ayah dari keluarga tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan. Kedua subsistem harus diintegrasikan ke dalam; komunitas societal dan komunitas politis yang lebih luas dan akhirnya sistem nilai harus dibangun untuk memasukan peran-peran status yang baru itu, sang ayah melepaskan diri dari beberapa kekuatan yang terlebih dahulu, manajer manajer industri baru dan sebagainya.
Subkultur kepemudaan. Yang kedua, saya mau membicarakan secara singkat tentang sebuah artikel yang ditulis Parsons pada tahun 1961 mengenai Kepemudaan di Amerika dan dub kultur pemuda. Karena hal itu merupakan sebuah ilustrasi yang bagus menyangkut cara fungsionalisme struktural membicarakan tentang Kepemudaan dan Kon¬flik. Dalam konteks umum dia mengatakan bahwa abad XX merupakan suatu periode yang paling jelas untuk peru¬bahan historis dan terdapat alasan-alasan mengapa kaum muda secara khusus harus mengalami ketegangan dari peru¬bahan sedemikian. Ketegangan-ketegangan itu dilihat dalam istilah yang disebut anomi - suatu keadaan di mana nilai-ni¬lai dan norma-norma semakin tidak jelas lagi atau kehilangan relevansinya. Penjelasannya dimulai dengan kebudayaan: suatu ciri yang paradoks dari sistem nilai Amerika, bahwa pada dasarnya nilainya itu adalah kesuksesan individu dan kemajuan. Paradoksnya ialah bahwa di dalam pengejaran nilai ini, diferensiasi struktural dipercepat, masyarakat semakin cepat dan semakin kompleks dan tingkat pola nilai yang lebih rendah menjadi tak berlaku. Pada saat yang sama kompleksitas bertambah, berarti kemajuan in¬dividual harus dibatasi oleh spesialisasi dan kooperasi.¬


















BAB III
KESIMPULAN

Setelah kita membahas dan mempelajari tentang teori struktural dan fungsional. Maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan adanya teori struktural dan fungsional kita dapat mengerti apa itu struktural, bagaimana peran struktural dan fungsional, dan dapat kita simpulkan bahwa yang dinamakan dengan struktural adalah, statu bentuk atau pola-pola yang mana berhubungan dan berinteraksi, antar berbagai componen, secara singkatnya yaitu mengenai susunan atau bagian-bagian yang mana terbentuk pada fungĂ­s-fungsi itu sendiri. Misalnya ketika kita melihat sebuah desa yang mana di dalam desa itu nanti ada strtur-struktur tertentu. Misalnya ada kepala desa, ada sekretaris, ada bendahara, ada seksi-seksi, yang mana hal ini berfungsi sesuai halnya tugas masing-masing. Di dalam desa juga ada masjid, ada pengurusnya, di dalam masjid ini ada yang namanya struktur yang mana struktur ini bekerja dan mempunyai fungsi masing-masing.
Dan di dalam teori struktural fungsional ini, saling terkait antara struktur dan fungsional, di dalam tataran masyarakat di dalam berorganisasi pasti nanti terdapat yang namanya struktur dan fungsional adanya struktur pasti ada fungsional.











DAFTAR PUSTAKA

Bahannan P.M. Glazer eds. High Poins in Antropologi, New York, 1988
Fedyani, Ahmad, Antropologi Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2006
Grabb, EG, Sosial Inequality, Toronto: Holf Rine Harl, Wison fo Candra, 1984
Koentjcara Ningrat, Sejarah Antropologi I, Jakarta: VIP, 1990
Les Regles de la Methode Sociologi & Radchiffe Brown Reristaty, 1960
Majalah Journal of The Royal Antropological institute, LXX 1940, dan bunga rampainya Structure and Function in Primitive Society 1952
Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994

2 komentar:

  1. makasih pak infonya.
    kalo arti sendiri dari fungsionalisme dalam antropologi itu gimana ya???
    www. beritaactual.wordpress.com

    BalasHapus