Senin, 17 Mei 2010

tantangan dakwah di era global

PENDAHULUAN

Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi lemahnya moralitas manusia terutama terjadi pada usia anak-anak remaja. Di zaman yang seraba canggih ini, perkembangan teknologi semakin maju dan berkembang terutama pada alat-alat komunikasi, HP, internet, dan sebagainya. Secara hakikiyah kalau dipahami secara mendalam sebenarnya dengan berkembangnya kemajuan dan perkembangan teknologi semacam ini banyak membawa nilai-nilai positif. Akan tetapi hal ini tidak disadari oleh semua manusia terutama anak-anak diusia remaja. Justru malah disalah gunakan dengan hal-hal yang bersifat negatif. Seperti halnya pornografi, film video sexual, hal ini yang sekarang begitu semaraknya ditonton oleh kalangan remaja. mereka begitu asyik menonton tanpa memperdulikan hukum. Dengan keasyikannya tak lama menjadi kebiasaan menoton, yang paling parah adalah sampai kecanduan dan ini membawa dampak negatif khususnya mempengaruhi dan merusak saraf otak manusia. Sehingga secara psikologi cenderung untuk berbuat hal-hal yang negatif. Melihat fenomena yang dialami oleh kaum remaja banyak terjadi sex bebas, hamil diluar nikah, pertunjukan porno aksi, secara tidak sadar ini adalah merusak tatanan etika moral manusia sehingga terjerumus kelubang kemaksiatan.
Hal inilah menjadi tantangan bagi seorang da’i untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. di era globalisasi seperti ini.. Semua manusia harus sadar khususnya umat Islam, agar tidak terjebak dalam hal semacam ini, dan bisa memfilter mana yang harus di manfaatkan dan mana yang harus di hindari.


PEMBAHASAN

A. HAKIKAT DAKWAH
Dalam kehidupan sehari-hari telinga kita tidak pernah bosan terdengar kata dakwah.. Bahkan seluruh umat Islam tidak asing lagi mendengar kata dakwah, akan tetapi banyak manusia terutama umat Islam mengetahui tentang dakwah yang tidak bisa memahaminya. Banyak yang mengira bahwa dakwa itu khusus bagi kiyai, ustad, guru, professor dan sebagainya. Padahal dakwah itu adalah : kewajiban bagi semua umat Islam ketika melihat kemungkaran. Makna dakwah adalah : mengajak menyeru manusia menuju jalan yang diridhoi oleh Allah dan hal ini juga di definisikan oleh pada ahli dakwah diantaranya menurut Syekh Muhammad Al-Khadir Husan bahwasannya dakwah adalah :
Menyeruh manusia kepada kebajikan dan petunjuk, serta menyeruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebaikan dunia dan akhirat.
Definisi ini menjadi pegangan bagai Syekh Ali Mahfudh dalam kitabnya “Hidayah Al-Mursyidin untuk merumuskan definisi dakwah.
Jadi pada hakikatnya dakwah adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam yang mengetahui adanya kemungkaran. Rasulullah Muhammad SAW juga pernah berpesan kepada sahabatnya “Sampaikanlah kebenaran walaupun Cuma satu ayat. Itu artinya sebagai umat Islam, Ketika mengerti dan memahami ajaran Islam kita wajib menyampaikan walaupun cuma sedikit. Sesuai dengan kadar pengetahuan yang dimilikinya kepada orang-orang yang belum mengerti. Khususnya di era global semacam ini, banyak orang mengetahui baik dan buruk tetapi belum bisa memahami secara dalam.

B. KEHIDUPAN MANUSIA DI ERA GLOBAL
Makna globalisasi adalah menyeluruh artinya dalam kehidupan manusia yang mencakup kegiatan ekonomi, politik, khususnya dalam dunia perdagangan bebas produk. Orang luar bisa masuk kenegara satu kenegara lainnya, dan istilah itu terjadi istilah globalisasi pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menujuk pada politik ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah, revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipat gandakan ekselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi. Dis integrasi negara-negara komunis yang mengakhiri perang dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideology perdagangan dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai Dekolonisasi (Ommen), Rekolonisasi (Oliver, Balasuriya, Chandran), Neo-Kapitalisme (Menon), Neo-Liberalisme. (Ramakrishnan). Malahan Sada menyebut globalisasi sebagai eksistensi Kapitalisme Euro-Amerika di Dunia Ketiga.
Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa globalisasi terlihat ketika semua orang di dunia sudah memakai celana Levis dan sepatu Reebok, makan di Mc Donald, minum Coca cola. Secara lebih esensial, globalisasi nampan dalam bentuk Kapitlaisme Global berimplementasi melalui program IMF, Bank Dunia, dan WTO : lembaga-lembaga dunia yang baru-baru ini mendapat kritik sangat tajam dari Dennis Kucinich, Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, karena lembaga-lembaga itu mencerminkan ketidakadilan global.
Program-program dari lembaga-lembaga itu telah menjadi alat yang ampuh dari kapitalisme barat yang mengguncangkan, merontokkan dan meluluh-lantakkan bukan hanya ekonomi, tetapi kehidupan negara-negara miskin. dalam suatu bentuk pertandaingan tak seimbang antara pemodal raksasa dengan buruh gurem. Rakyat kecil tak berdaya di negara-negara miskin mejadi semakin terpuruk dan merana.
Jadi, walaupun ada dampak positif mengenai globalisasi seperti sekarang ini misalnya, hadirnya jaringan komunikasi dan informasi yang mempermudah kehidupan umat manusia, ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat miskin, globalisasi lebih banyak dampak negatifnya. Kita melihat aspek negatif itu, dalam ketidak adilan perdagangan antar bangsa, akumulasi kekayaan dan kekuasaan di tangan para kapitalis negara-negara maju yang mengakibatkan kemelaratan yang tak terbayangkan di negara-negara miskin, termasuk di Indonesia. Menurut Kucinich, negara-negara miskin telah di peras lewat pembayaran beban utang ke lembaga global. Di contohkan, setiap tahun 2,5 miliar dolar AS dana mengalir dari Sub-Sahara Afrika ke kreditor internasional, sementara 40 juta warga mereka kurang gizi. Dan tidak hanya hal ini saja, berkenaan budayapun ikut masuk, bagaimana tradisi-tradisi budaya barat memasuki tradisi-tradisi di negara yang notabennya Islam. Sehingga nuansa Islam hilang, salah satu contoh pakaian kaum wanita, yang sekarang begitu semarak, bisa merangsang nafsu gaisah orang laki-laki, Pakaian-pakaian ketat yang merusak moral manusia, dan ini banyak di alami oleh anak-anak yang menginjak usia remaja yang ahlaq kesopanannya hilang. hal itu membawa dampak negatif kepada mereka yang sekarang banyak menjadi tontonan dan kegemaran wanita yang memperlihatkan tubuh keseksiannya. Akibat dari pengaruh budaya-budaya asing yang masuk tanpa ada filterisasi yang membuat usia mudah rawan tergoda. Dan membahayakan bagi dirinya, seperti banyaknya blue film yang masuk di negara Indonesia.
Permasalahan ini sangat berdampak negatif bagi masyarakat, khususnya kalangan remaja. Banyak blue film atau adegan porno lainnya yang dapat diakses dengan mudah melalui internet. Para remaja bebas mengakses dan menonton film tersebut tanpa pengawasan dari pihak orang tua mereka. Hal tersebut menimbulkan dampak yang kurang baik bagi psikis para remaja itu sendiri, dengan menonton adegan porno, para remaja tersebut jadi termotifasi ingin melakukan hal yang ia tonton, dan ada sesuatu yang baru seharusnya tidak d lakukan, jadi ingin melakukan. Jika sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan? Permasalahan ini hanyalah satu contoh, kasus yang sekarang sering terjadi di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan bagi seroang da’i untuk berdakwah menegakkan amal ma’ruf nahi munkar dimasa yang penuh dengan persoalan-persoalan yang sedemikian rumit.

C. TUGAS BAGI PENDAKWAH
Salah satu visi dan misi bagi pendakwah adalah, menegakkan amal ma’ruf nahi munkar. Seperti halnya yang saya uraikan diatas tadi, bahwasannya dakwah adalah wajib di sampaikan bagi semua manusia yang mengetahui kebenaran.
Melihat fenomena yang sekarang ini terjadi, krisi ekonomi, menyebabkan manusia banyak melakukan kejahatan. Krisis moral dan etika, menyebabkan manusia terperosok kepada lubang perzinaan, bahkan yang paling parah adalah banyak terjadi pemerkosaan. Pembunuhan melanda dimana-mama. begitu rusaknya Ahlaq mereka yang disebabkan arus global yang tidak bisa memfilternya, terumata yang melanda anak-anak usia remaja. Sebagai pendakwah tidak bisa hanya diam semata, akan tetapi pendakwah berkewajiban untuk menegakkan kebenaran. Bagaimana mengarahkan dan menjadikan semua umat Islam mejadi umat yang berakhlaqul karimah, walaupun berada di masa era global.

D. PERSOALAN YANG DIHADAPI PENDAKWAH DI ERA GLOBAL
Melihat fenomena sekarang ini, banyak para pendakwah yang berfikir, bagaimana mengentas kemiskinan moral. yang dihadapi oleh umat Islam saat ini, terutama dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih yang mana sebenarnya membawa dampak positif, justru malah menjadi negatif. banyaknya budaya asing merasuki para muslim, contoh kecil yang terjadi pada anak-anak generasi bangsa, dengan adanya internet mereka tercandu akan adegan film porno, yang membuat rusaknya akal pikiran, sebab banyaknya situs-situs budaya-budaya non muslim masuk dalam interner tanpa ada filter (penyaringan). Sedangkan ini tidak bisa di sadari oleh mereka. Banyak para remaja yang lupa aturan, Al-Qur’an hanya sebagai pajangan, lupa akan peraturan Tuhan. Karena di sibukkan dengan hal tersebut. Para pendakwah sudah berusaha untuk merubah dengan metode-metode yang ia lakukan akan tetapi masih kalah dengan hal tersebut. Ini menjadi tantangan bagaimana anak bangsa mempunyai bekal ilmu pengetahuan baik dibidang agama maupun umum yang matang, sehingga tidak terjerumus kepada situs-situs pornografi dan bisa mewarnai situs-situs yang ada diinternet menjadi situs-situs yang berpendidikan (yang mendidik) hal ini yang harus difikirkan oleh para pendakwah. Maka dari itu, ini merupakan tantangan baik secara eksternal maupun inernal. Dan bagaimana meningkatkan kualitas diri para pemuda bangsa. yakni bagaimana cara kita mencitrakan diri sebagai seorang pelajar maupun pemuda muslim yang kaffah, kuncinya sederhana : berupaya terus mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagaimana tercermin dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, itu sudah cukup menjadi acuan dalam bersikap.



KESIMPULAN

Dengan semaraknya krisis ekonomi, krisis moral, yang diakibatkan oleh globalisasi yang tidak tersaring (terfilter) membuat para pendakwah menjadi tertantang akan dakwahnya untuk menuntuntaskan kemiskinan. Terutama pada kemiskinan moral yang terjadi pada generasi bangsa. dengan adanya kecanggihan teknologi yang semakin maju, tanpa ada pemfilteran (penyaringan) hingga masuknya situs yang membahayakan jiwa para penerus generasi bangsa.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatim. 2007. Studi Akhlaq dalam Prespektif Al-Qur’an, Jakarta : Amzah..
Amin, Ahmad. 1995. Etika Ilmu Akhlak, Jakarta : Bulan Bintang.
Anshori, Isa. 1984. Mujahid Dakwah, Bandung : Diponegoro.
Azis, Ali. 2009. Ilmu Dakwah, Jakarta : Kencana.
Sobana, 1996. Dinamika Kehidupan Sosial, Bandung : Trigenda Karya.

tantangan dakwah di era global

PENDAHULUAN

Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi lemahnya moralitas manusia terutama terjadi pada usia anak-anak remaja. Di zaman yang seraba canggih ini, perkembangan teknologi semakin maju dan berkembang terutama pada alat-alat komunikasi, HP, internet, dan sebagainya. Secara hakikiyah kalau dipahami secara mendalam sebenarnya dengan berkembangnya kemajuan dan perkembangan teknologi semacam ini banyak membawa nilai-nilai positif. Akan tetapi hal ini tidak disadari oleh semua manusia terutama anak-anak diusia remaja. Justru malah disalah gunakan dengan hal-hal yang bersifat negatif. Seperti halnya pornografi, film video sexual, hal ini yang sekarang begitu semaraknya ditonton oleh kalangan remaja. mereka begitu asyik menonton tanpa memperdulikan hukum. Dengan keasyikannya tak lama menjadi kebiasaan menoton, yang paling parah adalah sampai kecanduan dan ini membawa dampak negatif khususnya mempengaruhi dan merusak saraf otak manusia. Sehingga secara psikologi cenderung untuk berbuat hal-hal yang negatif. Melihat fenomena yang dialami oleh kaum remaja banyak terjadi sex bebas, hamil diluar nikah, pertunjukan porno aksi, secara tidak sadar ini adalah merusak tatanan etika moral manusia sehingga terjerumus kelubang kemaksiatan.
Hal inilah menjadi tantangan bagi seorang da’i untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. di era globalisasi seperti ini.. Semua manusia harus sadar khususnya umat Islam, agar tidak terjebak dalam hal semacam ini, dan bisa memfilter mana yang harus di manfaatkan dan mana yang harus di hindari.


PEMBAHASAN

A. HAKIKAT DAKWAH
Dalam kehidupan sehari-hari telinga kita tidak pernah bosan terdengar kata dakwah.. Bahkan seluruh umat Islam tidak asing lagi mendengar kata dakwah, akan tetapi banyak manusia terutama umat Islam mengetahui tentang dakwah yang tidak bisa memahaminya. Banyak yang mengira bahwa dakwa itu khusus bagi kiyai, ustad, guru, professor dan sebagainya. Padahal dakwah itu adalah : kewajiban bagi semua umat Islam ketika melihat kemungkaran. Makna dakwah adalah : mengajak menyeru manusia menuju jalan yang diridhoi oleh Allah dan hal ini juga di definisikan oleh pada ahli dakwah diantaranya menurut Syekh Muhammad Al-Khadir Husan bahwasannya dakwah adalah :
Menyeruh manusia kepada kebajikan dan petunjuk, serta menyeruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebaikan dunia dan akhirat.
Definisi ini menjadi pegangan bagai Syekh Ali Mahfudh dalam kitabnya “Hidayah Al-Mursyidin untuk merumuskan definisi dakwah.
Jadi pada hakikatnya dakwah adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam yang mengetahui adanya kemungkaran. Rasulullah Muhammad SAW juga pernah berpesan kepada sahabatnya “Sampaikanlah kebenaran walaupun Cuma satu ayat. Itu artinya sebagai umat Islam, Ketika mengerti dan memahami ajaran Islam kita wajib menyampaikan walaupun cuma sedikit. Sesuai dengan kadar pengetahuan yang dimilikinya kepada orang-orang yang belum mengerti. Khususnya di era global semacam ini, banyak orang mengetahui baik dan buruk tetapi belum bisa memahami secara dalam.

B. KEHIDUPAN MANUSIA DI ERA GLOBAL
Makna globalisasi adalah menyeluruh artinya dalam kehidupan manusia yang mencakup kegiatan ekonomi, politik, khususnya dalam dunia perdagangan bebas produk. Orang luar bisa masuk kenegara satu kenegara lainnya, dan istilah itu terjadi istilah globalisasi pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menujuk pada politik ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah, revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipat gandakan ekselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi. Dis integrasi negara-negara komunis yang mengakhiri perang dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideology perdagangan dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai Dekolonisasi (Ommen), Rekolonisasi (Oliver, Balasuriya, Chandran), Neo-Kapitalisme (Menon), Neo-Liberalisme. (Ramakrishnan). Malahan Sada menyebut globalisasi sebagai eksistensi Kapitalisme Euro-Amerika di Dunia Ketiga.
Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa globalisasi terlihat ketika semua orang di dunia sudah memakai celana Levis dan sepatu Reebok, makan di Mc Donald, minum Coca cola. Secara lebih esensial, globalisasi nampan dalam bentuk Kapitlaisme Global berimplementasi melalui program IMF, Bank Dunia, dan WTO : lembaga-lembaga dunia yang baru-baru ini mendapat kritik sangat tajam dari Dennis Kucinich, Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, karena lembaga-lembaga itu mencerminkan ketidakadilan global.
Program-program dari lembaga-lembaga itu telah menjadi alat yang ampuh dari kapitalisme barat yang mengguncangkan, merontokkan dan meluluh-lantakkan bukan hanya ekonomi, tetapi kehidupan negara-negara miskin. dalam suatu bentuk pertandaingan tak seimbang antara pemodal raksasa dengan buruh gurem. Rakyat kecil tak berdaya di negara-negara miskin mejadi semakin terpuruk dan merana.
Jadi, walaupun ada dampak positif mengenai globalisasi seperti sekarang ini misalnya, hadirnya jaringan komunikasi dan informasi yang mempermudah kehidupan umat manusia, ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat miskin, globalisasi lebih banyak dampak negatifnya. Kita melihat aspek negatif itu, dalam ketidak adilan perdagangan antar bangsa, akumulasi kekayaan dan kekuasaan di tangan para kapitalis negara-negara maju yang mengakibatkan kemelaratan yang tak terbayangkan di negara-negara miskin, termasuk di Indonesia. Menurut Kucinich, negara-negara miskin telah di peras lewat pembayaran beban utang ke lembaga global. Di contohkan, setiap tahun 2,5 miliar dolar AS dana mengalir dari Sub-Sahara Afrika ke kreditor internasional, sementara 40 juta warga mereka kurang gizi. Dan tidak hanya hal ini saja, berkenaan budayapun ikut masuk, bagaimana tradisi-tradisi budaya barat memasuki tradisi-tradisi di negara yang notabennya Islam. Sehingga nuansa Islam hilang, salah satu contoh pakaian kaum wanita, yang sekarang begitu semarak, bisa merangsang nafsu gaisah orang laki-laki, Pakaian-pakaian ketat yang merusak moral manusia, dan ini banyak di alami oleh anak-anak yang menginjak usia remaja yang ahlaq kesopanannya hilang. hal itu membawa dampak negatif kepada mereka yang sekarang banyak menjadi tontonan dan kegemaran wanita yang memperlihatkan tubuh keseksiannya. Akibat dari pengaruh budaya-budaya asing yang masuk tanpa ada filterisasi yang membuat usia mudah rawan tergoda. Dan membahayakan bagi dirinya, seperti banyaknya blue film yang masuk di negara Indonesia.
Permasalahan ini sangat berdampak negatif bagi masyarakat, khususnya kalangan remaja. Banyak blue film atau adegan porno lainnya yang dapat diakses dengan mudah melalui internet. Para remaja bebas mengakses dan menonton film tersebut tanpa pengawasan dari pihak orang tua mereka. Hal tersebut menimbulkan dampak yang kurang baik bagi psikis para remaja itu sendiri, dengan menonton adegan porno, para remaja tersebut jadi termotifasi ingin melakukan hal yang ia tonton, dan ada sesuatu yang baru seharusnya tidak d lakukan, jadi ingin melakukan. Jika sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan? Permasalahan ini hanyalah satu contoh, kasus yang sekarang sering terjadi di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan bagi seroang da’i untuk berdakwah menegakkan amal ma’ruf nahi munkar dimasa yang penuh dengan persoalan-persoalan yang sedemikian rumit.

C. TUGAS BAGI PENDAKWAH
Salah satu visi dan misi bagi pendakwah adalah, menegakkan amal ma’ruf nahi munkar. Seperti halnya yang saya uraikan diatas tadi, bahwasannya dakwah adalah wajib di sampaikan bagi semua manusia yang mengetahui kebenaran.
Melihat fenomena yang sekarang ini terjadi, krisi ekonomi, menyebabkan manusia banyak melakukan kejahatan. Krisis moral dan etika, menyebabkan manusia terperosok kepada lubang perzinaan, bahkan yang paling parah adalah banyak terjadi pemerkosaan. Pembunuhan melanda dimana-mama. begitu rusaknya Ahlaq mereka yang disebabkan arus global yang tidak bisa memfilternya, terumata yang melanda anak-anak usia remaja. Sebagai pendakwah tidak bisa hanya diam semata, akan tetapi pendakwah berkewajiban untuk menegakkan kebenaran. Bagaimana mengarahkan dan menjadikan semua umat Islam mejadi umat yang berakhlaqul karimah, walaupun berada di masa era global.

D. PERSOALAN YANG DIHADAPI PENDAKWAH DI ERA GLOBAL
Melihat fenomena sekarang ini, banyak para pendakwah yang berfikir, bagaimana mengentas kemiskinan moral. yang dihadapi oleh umat Islam saat ini, terutama dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih yang mana sebenarnya membawa dampak positif, justru malah menjadi negatif. banyaknya budaya asing merasuki para muslim, contoh kecil yang terjadi pada anak-anak generasi bangsa, dengan adanya internet mereka tercandu akan adegan film porno, yang membuat rusaknya akal pikiran, sebab banyaknya situs-situs budaya-budaya non muslim masuk dalam interner tanpa ada filter (penyaringan). Sedangkan ini tidak bisa di sadari oleh mereka. Banyak para remaja yang lupa aturan, Al-Qur’an hanya sebagai pajangan, lupa akan peraturan Tuhan. Karena di sibukkan dengan hal tersebut. Para pendakwah sudah berusaha untuk merubah dengan metode-metode yang ia lakukan akan tetapi masih kalah dengan hal tersebut. Ini menjadi tantangan bagaimana anak bangsa mempunyai bekal ilmu pengetahuan baik dibidang agama maupun umum yang matang, sehingga tidak terjerumus kepada situs-situs pornografi dan bisa mewarnai situs-situs yang ada diinternet menjadi situs-situs yang berpendidikan (yang mendidik) hal ini yang harus difikirkan oleh para pendakwah. Maka dari itu, ini merupakan tantangan baik secara eksternal maupun inernal. Dan bagaimana meningkatkan kualitas diri para pemuda bangsa. yakni bagaimana cara kita mencitrakan diri sebagai seorang pelajar maupun pemuda muslim yang kaffah, kuncinya sederhana : berupaya terus mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagaimana tercermin dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, itu sudah cukup menjadi acuan dalam bersikap.



BAB III
KESIMPULAN

Dengan semaraknya krisis ekonomi, krisis moral, yang diakibatkan oleh globalisasi yang tidak tersaring (terfilter) membuat para pendakwah menjadi tertantang akan dakwahnya untuk menuntuntaskan kemiskinan. Terutama pada kemiskinan moral yang terjadi pada generasi bangsa. dengan adanya kecanggihan teknologi yang semakin maju, tanpa ada pemfilteran (penyaringan) hingga masuknya situs yang membahayakan jiwa para penerus generasi bangsa.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatim. 2007. Studi Akhlaq dalam Prespektif Al-Qur’an, Jakarta : Amzah..
Amin, Ahmad. 1995. Etika Ilmu Akhlak, Jakarta : Bulan Bintang.
Anshori, Isa. 1984. Mujahid Dakwah, Bandung : Diponegoro.
Azis, Ali. 2009. Ilmu Dakwah, Jakarta : Kencana.
Sobana, 1996. Dinamika Kehidupan Sosial, Bandung : Trigenda Karya.

teori struktur fungsional dalam kajian ilmu antropologi

PENDAHULUAN
Didalam kehidupan manusia itu tidak akan pernah lepas dari banyak interaksi baik interaksi sosial maupun interaksi bermasyarakat, secara garis besarnya manusia akan selalu hidup dalam keadaan berinteraksi sosial. Karena disamping itu manusia juga sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial.
Struktur fungsionalisme adalah salah satu pokok permasalahan yang sangat rumit didalam ilmu antropologi, oleh sebab itu sebelumnya kita perlu memahami terlebih dahulu akan arti mengenai struktural itu sendiri. Dan didalam struktural fungsional itu sendiri menjelaskan tentang apa itu struktur dan apa itu fungsi. Fungsi struktural menjelaskan tentang pola-pola nyata hubungan atau interaksi antara berbagai komponen masyarakat. Pola-pola yang secara relatif, bertahan lama karena interaksi-interaksi tersebut terjadi dalam cara yang kurang lebih terorganisasi, menurut fungsi-fungsi yang tertentu.
Dan struktur fungsional ini perlu adanya pengelompokkan antara satu kesatuan masyarakat yang satu dan yang lainnya sesuai dengan struktur fungsinya. Itu semua, tindakan terlepas dengan tujuannya, antara fungsi dan struktur, maupun struktur dan fungsi. Oleh karena itu struktural dan fungsional sangat menentukan tentang suatu struktur masyarakat itu sendiri. Maka sangatlah perlu kita bahas dan kita tela’ah bersama. Mengenai teori struktural dan fungsional, apa itu struktur? Apa itu fungsional? Bagaimana penerapannya? Agar kita faham dan mengerti dan kita dapat mengetahui secara mendalam tentang sub bahasan mengenai teori struktural dan fungsional itu sendiri.
Serta perlu di kemukakan mengenai teori struktur dan fungsional ini sangat berperan didalam berkehidupan sosial, dari beberapa tokoh filosof dan sedikit konflik antara pendapat Grabb dan filosof yang lainnya tetapi yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan, untuk itu lebih lanjut dan jelas mari kita bahas bersama-sama.



PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Fungsional
1. Struktur
Struktur ditinjau dari segi etimologi adalah susunan atau bagian-bagian. Sedangkan menurut terminologi adalah : Pola-pola nyata hubungan atau interaksi antara berbagai komponen masyarakat. Pola-pola yang secara relatif bertahan lama karena, interaksi-interaksi tersebut terjadi dalam cara yang kurang lebih terorganisasi.
Pada tingkat yang paling umum adalah masyarakat secara keseluruhan yang dapat dilihat sebagai struktur tunggal yang menaunginya pada tingkat di bawahnya adalah suatu rangkaian struktur-struktur yang saling berkaitan untuk membentuk masyarakat, ibarat pilar-pilar bangunan atau seperti organ-organ dari organisme yang hidup.
Struktur sosial menurut Emile Durkheim dalam paradigma fakta sosial adalah, jaringan hubungan sosial dimana interaksi sosial berproses dan menjadi terorganisir serta melalui mana posisi-posisi sosial dari individu dan sub kelompok tersebut dapat dibedakan.
Sedangkan menurut ”Radeliffe Brown”, struktur sosial adalah hubungan antara unsur-unsur masyarakat baik dengan rujukan pada individu tertentu maupun setatus yang mereka sandang. Oleh karena itu, struktur sosial adalah saling keterkaitan antara status-status yang dihasilkan apabila pelaku melaksanakan peranan yang dikenakan dalam interaksi dengan yang lain, jadi apabila orang-orang yang menepati status pekerja, pemilik manager dan status-status yang lainnya dalam masyarakat melaksanakan peran-perannya, maka kita akan mengetahui struktur ekonomi, atau pekerjaan dalam masyarakat tersebut.
Demikian pula jika orang-orang yang merupakan pemilih wakil rakyat, pejabat pemerintah dan sebagainya. Melaksanakan peranan-peranan mereka maka kita dapat mengetahui struktur politik dalam masyarakat tersebut dalam perspektif yang sama dapat digunakan untuk menandai karakteristik struktur sosial. Berdasarkan pendidikan, agama dan lainnya yang membentuk masyarakat yang menjadi salah satu aspek yang menyatakan dalam sebuah konsep mengenai masyarakat adalah bahwa setiap individu dapat memiliki status dan peranan dalam semua struktur ini pada saat yang sama sebagai akibatnya, pelaku individual berada dalam sejumlah struktur, konsep tersebut memandang individu sebagai menjadi beberapa peranan :
Untuk menguraikan adanya struktur-struktur tentang ada yang namanya status dan peranan. Status dan peranan itu sangat mempengaruhi adanya struktur, seperth halnya uraian diatas yang berujung tingkat analisis yang mendasar yakni: perilaku sosial individu dalam prespektif struktural fungsional, setiap individu menempati suatu status dalam berbagai struktur masyarakat. Status dalam hal ini bukanlah prestise dan posisi individual melainkan posisi itu sendiri individual yang menempati suatu status juga dianggap memiliki hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu yang merupakan peranan didalam status tersebut. Jadi status dan peranan cenderung berada bersama-sama dalam apa yang disebut persons sebagai kumpulan status dan peranan.

B. Norma, Nilai dan Insititusi dalam Struktur
Dibawah laba, ”Struktur sosial” para struktural fungsionalis tak hanya memasukkan interaksi status peranan tapi juga aturan-aturan khusus dan keyakinan-keyakinan umum, ”Yaitu norma dan nilai hal inilah yang mengatur interaksi-interaksi pada masyarakat, pandangan yang lebih menonjol di kalangan struktural fungsionalis adalah : bahwa norma-norma dan nilai-nilai tersebut bukanlah struktural, melainkan ”kultural” yang eksis dalam berbagai ruang konseptual yang meliputi struktur. Struktur sosial, dengan kata lain norma dan nilai sebenarnya adalah ide-ide atau simbol-simbol yang berada dalam pikiran individu sebagai kode dan sanksi bagi interaksi mereka.
Ketidak sepakatan mengenai apakah norma dan nilai itu struktural atau kultural menimbulkan kebingunan yang sama dengan makna ”supra struktur”. Dalam teori Marx seperit halnya suprastruktural dapat mengikat ide-ide tersebut demikian pula norma-norma dan nilai-nilai kadang-kadang disetarakan dengan struktur-struktur yang mempresentasikannya rumusan ini khususnya terjadi ketika struktural-fungsionalis berbicara tentang institusi yang permanen, bertahan lama dan sistem kewajiban dari norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat. Sebagai contoh: ada kecenderungan umum untuk menyetarakan institusi keagamaan, sistem aturan dan keyakinan, keagamaan aparat administrasi yang mengembangkan tujuan nominal dalam melaksanakan keyakinan keagamaan ini. Hal yang sama juga terjadi pada institusi ekonomi, dan struktur ekonomi, sistem pendidikan dan sistem kependidikan atau institusi politik atau struktur negara.
Meskipun timbul kebingunan yakni rumusan longgar antara ide dan realitas, dari institusi da struktur sosial. Keracunan ini kadang berguna sebagai alat untuk membantu mengorganisasi pemikiran seseorang mengenai tatanan sosial, namun orangpun harus berhati-hati untuk mencari kasus-kasus dimana nilai dan norma dan hubungan-hubungan struktural yang aktual tidak berkaitan datu sama lain sebagai contoh, ketika nilai dominan, seperti persamaan kesempatan ekonomi dalam kapitalisme, ternyata tidak terwujudkan dalam struktur sosial yang ada.

C. Konsep Mengenai Struktur Sosial dan Ilmu Antropologi
Sosial uraian mengenai apa yang aimaksudkan oleh Radcliffe Brown dengar. istilah social structure sudah sering diberikannya dalam berbagai tulisannya. Tetapi suatu uraian yang jelas dan ringkas diberikannya dalam pidato pengukuhannya sebakai ketua lembaga antropologi Roval Anthrupological Institute of Great Britain and Ireland dalam tahun 1939. Dalam pidato yang judulnya On Social Structure itu ia menerangkan bahwa:
1. Masyarakat yang hidup di tengah-tengah alam semesta sebenarnya terdiri dari serangkaian gejala-gejala yang dapat kita sebut gejala sosial. Demikian juga banyak hal lain dalam alam semesta ini seperti planet-planet yang beredar, organisma-organisma yang hidup, molekul ¬molekul yang bergerak; sebenarnya terdiri dari berbagai rangkaian gejala alam.
2. Masyarakat yang hidup sebenarnya juga merupakan suatu klas dari gejala-gejala di antara gejala-gejala alam yang lain, dan dapat juga dipelajari dengan metodologi yang sama seperti metodologi yang dipergunakan untuk mempelajari gejala-gejala alam semesta lain tadi.
3. Suatu masyarakat yang hidup merapakan suatu sistem sosial, dan suatu sistenm sosial mempunyai struktur ¬juga seperti halnya bumi, organisma. makhluk atau molekul.
4. Suatu ilmu mengenai masvarakat seperti ilmu sosial, yang mempelajari struktur dan sistem-sistem sosial adalah sama halnya dengan ilmu geologi yang mempelajari struktur kulit bumi, atau ilmi biologi yang mempelajari struktur dari oranisme-organisme ilmu kimia yang mempelajari struktur dari molekul-molekul.
5. Suatu struktur sosial merupakan total dari jaringan hubungan antara individu-individu, atau lebih baik person-person, dan kelompok-kelompok person. Dimensinya ada dua, yaitu hubuugan diadik, artinya an¬tara pihak (yaitu person atau kelompok) kesatuan dengan pihak kedua, tetapi juga diferensial, antara satu pihak dengan beberapa pihak yang, berbeda-beda, atau se¬baliknya.
6. ”Bentuk dari struktur sosial” adalah tetap, dan kalau toh berobah, proses itu biasanya berjalan lambat, se¬dangkan ”realitas struktur sosial” atau wujud dari struk¬tur sosial, yaitu person-person atau kelompok-kelompok yang ada di dalamnya, selalu berobah dan berganti. Tentu saja ada beberapa peristiwa yang dapat juga men¬buat bentuk dari struktur sosial itu mendadak berubah, yaitu misalnya peristiwa perang atau revolusi.
7. Dalam penelitian masyarakat di lapangan, seorang pe¬neliti mengobservasi wujud dari struktur sosial, tetapi analisanya harus sampai kepada pengertian tentang bentuknya yang bersifat lebih abstrak. Bentuk struktur sosial dapat dideskripsi dalam dua keadaan. Hal itu sama dengan cara seorang ahli anatomi mendeskripsi suatu or¬ganisma dalam keadaan berhenti, menjadi morfologi dari organisma itu, tetapi juga dapat dalam keadaan berproses (hidup), menjadi fisiologi dari organisma itu. Sebagai analoginya, seorang ahli ilmu sosial dapat mendeskripsi bentuk dari suatu struktur sosiai dalam keadaan seolah-¬olah berhenti menjadi morfologi sosial, tetapi juga dalam keadaan berproses menjadi fisiologi sosial (Radeliffe Brown, 1952: 180-181).
8. Seorang ahli ilmu sosial yang mendeskripsi suatu struktur sosial pada dimensi diadik maupun diferensialnya, serta morfologi sosial maupun fisiologi sosialnya, dapat mengerti latar belakang kehidupan kekerabatan, ekonomi religi, mitologi, dan sektor-sektor lain dalam kehidupan masya¬rakat yang menjadi pokok perhatiannya.
9. Struktur sosial dapat juga dipakai sebagai kriterium untuk menentukan batas dari suatu sistem sosial atau suatu kesatuan masyarakat sebagai organisma. hal itu telah menjadi masalah bagi para ahli ilmu sosial sejak lama. Apakah Kerjaaan Inggeris itu suatu masyarakat, ataukah suatu gabungan dari banyak masyarakat? Apakah sebuah desa di Cina itu suatu masyarakat, atau hanya suatu bagian saja dari suatu masyarakat yang lebih besar? Menurut Radeliffe-Brown batas jaringan-jaringan struktur sosial itulah yang merupakan batas Suatu masyarakat.
10. Ilmu antropologi sosial adalah salah satu ilmu sosial yang bertugas mempelajari struktur-struktur sosial dari sebanyak mungkin masyarakat sebagai kesatuan-kesatuan, dan membandingkannya dengan metode analisa komparatif untuk mencari azas-azasnya. Dengan demikian dapat dikembangkan suatu klasifikasi besar dari semua jenis struktur sosial yang ada di dunia, ke dalam beberapa tipe dan sub-tipe struktur sosial yang terbatas.
11. Klasifikasi dari aneka-warna gejala alam itu telah terbukti mutlak untuk kemajuan ilmu alam. Ilmu biologi baru maju pesat ketika klasifikasi dari beribu-ribu jenis bentuk makhluk hidup di dunia ini menjadi beberapa suku, infrasuku, keluarga, jenis, dan ras yang terbatas. Demikian pula ilmu antropologi sosial akan maju dan mampu me¬ngembangkan hipotesa-hipotesa yang setelah diuji dapat dikembangkan menjadi kaidah-kaidah sosial, atau social laws, atau suatu klasifikasi besar mengenai aneka-warna struktur sosial tersusun.
Dalam sub 10 dan 11 dari uraian di atas digunakan istilah “antropologi sosial”. Radcliffe-Brown yang memang selalu mempergunakan istilah dengan sangat ketat, mengusulkan agar disiplin yang melaksanakan prosedur penelitian, analisa, klasifikasi, dan generalisasi seperti terurai di atas, secara khusus disebut dengan istilah “antropologi sosial”. Maksudnya agar dapat dibedakan dengan jelas dari ilmu antropologi yang ber¬usaha menerangkan dari gejala-gejala masyarakat dan kebudayaan manusia yang beraneka-warna di seluruh muka bumi ini, dengan analisa yang bersifat historis atau yang berdasarkan metode analisa difusionisme. Untuk ilmu antropologi jenis terakhir itu ia mengusulkan istilah yang lama, yaitu “etnologi”.
Istilah “antropologi sosiai” pertama kali dipergunakan di Inggris, ketika jabatan guru besar kehormatan yang diberi¬kan oleh Universitas Liverpoel kepada J. Frazer dinyatakan dalam ilmu social anthropology (Evans-Pritchara 1951: 3).
Adapun pandangan dan cita-cita Radeliffe-Brown menge¬nai suatu ilmu sosial berdasarkan metodologi ilmu alam tak pernah sempat diterapkan olehnya; dan walaupun ia menyatakan berkali-kali bahwa struktur sosial itu ada dan dapat diana¬lisa pada segala macam masyarakat, baik yang bersahaja maupun yang komplek, dalam praktek ia sendiri hanya menerapkan¬nya pada dua pranata, yaitu sistem kekerabatan unilineal dan upacara agama beserta mitologinya, dalam tiga macam masyarakat, yaitu masyarakat berburu di Andaman dan Australia, dan masyarakat peternak dan petani di Afrika.

D. Struktur Sosial dan Organisasi Sosial
Bagian ini berupaya memperjelas perbedaan antara kedua konsep ini yang secara tcrminologi sangat sedikit perbedaan implikasinya. Bahkan, kerap kali para penulis menyamakan begitu saja kedua konsep ini. “Organisasi sosial” cenderung digunakan secara longgar uutuk merujuk kepada penjumlahan total kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu konteks sosial tertentu. Sedangkan struktur sosial biasanya di¬gunakan nntuk merujuk konteks sosial itu sendiri, atau lebih tepatnya hagi seperangkat hubungan sosial yang menjalin keterkaitan individu¬-individu dalam masyarakat. Namun, definisi “struktur-sosial” bervariasi menurut perspektif teoretis si penulis dan tingkat ketepatan yang di¬tuntut oleh perspektifnya.
Para henulis yang terutama mengkaji tindakan sosial cenderung memusatkan perhatian pada organisasi sosial, yang mendefinisikan peranan-peranan yang dimainkan oleh individu -individu dalam hubungan mereka satu sama lain. Para ahli yang lebih memerhatikan hubungan-hubungan formal antar orang-orang cenderung memusatkan perhatian pada strraktur sosial, yang mendefinisikan status-status para pelaku yang menjalankan peranan-peranan tersebut. Jadi, dapat di¬katakan bahwa organisasi sosial merupakan sasaran minat yang lebih besar bagi fungsionalis yang mengikuti pemikiran Malinowski, dan hingga batas-hatas tertentu para prosesualis seperti Raymond Firth (1951), sedangkan struktur sosial adalah sasaran minat yang Iebih besar bagi orang-orang yang menggunakan pendekatan yang bersumber dari tradisi struktural-fiungsionalis dan strukturalis klasik.
Perbedaan yang paling jelas antara kedua konsep tersebut termaktub dalam bab pendahuluan buku Radcliffe-Brown (1952) Structure and Function in Primitive Society, dan dalam tulisannya ”On Social Structure” dalam buku yang sama. Dalam ”On Social Structure” ia lebih lanjut membedakan stuktur sosial dari bentuk struktural, yang merimbulkan persoalan dan perdebatan baru, antara lain terutama dengan Levi-Strauss yang juga mengungkapkan pemikirannya sendiri tentang struktur.
Bagi Redelife-Brown, struktur sosial meliputi hubungan-hubungan antara manusia individual satu sama lain, dalam tulisannya ia menggunakan contoh hipotesis tiga individu, yakni A, B, dan C. Bentuk struktural adalah tingkat abstraksi yang lebih tinggi yaitu posisi-poisisi yang ditempati oleh A, B, dan C dalam berhubungan satu sama lain. A mungkin adalah bapak mertua B, sehingga bentuk strtural mendefinisikan hubungan antara bapak mertua dan menantu secara umum, bagi masyarakat tertentu. Pada dasarnya Radelife-Brown memandang struktur sosial sebagai suatu jaringan manusia yang nyata dalam suatu masyarakat yang nyata. Bentuk struktural mengandung konstanta kebudayaan yang memberikan memungkinkan bagi seseorang untuk mengatakan bahwa para cucu dari orang-orang tersebut hidup dalam suatu masyarakat dengan struktur sosial yang sama, dan bahwasannya proses sosial menyebabkan aspek perubahan sebagai suatu yang dipahami dan dianalisis dalam konteks evolusi bentuk struktural. Dalam suratnya kepada Levi-Strauss (lihat Levi Strauss, 1953), yang menggambarkan perbedaan antara struktur sosial dan bentuk struktural, Redeliffe-Brown menggunakan analogi kulit kerang dari spesies yang sama akan memiliki bentuk strktural yang sama. Ia secara sadar membangun analogi antropologi dengan biologi, suatu analogi yang terkandung dalam konsep struktur dan fungsi. Hubungan-hubungan fungsional (yang dipertentangkan dengan hubungan-hubungan struktural) lebih merupakan bagian dari organisasi sosial yang memungkinkan struktural sosial bekerja.
Levi-Strauss dan banyak antropolog yang lain secara konsisten menggunakan istilah struktur sosial untuk menyebut ”bentuk struktural” dari Radeliffe-Brown. Levi Strauss bahkan menggunakan istilah ”struktur sosial” untuk merujuk abstraksi yang masih tetap tinggi-struktur dari hubungan-hubungan sosial dalam semua masyarakat, di samping di dalam suatu masyarakat tertentu (dalam istilah Radeliffe-Brown, ”bentuk struktural”). Dalam kenyataan, Levi-Strauss hanya sekadar membangun semacam pembandingan lintas-budaya universal yang semenjak lama sudah dilakukan Radeliffe-Brown; tapi tak pernah mempraktikkannya, dan malahan Radeliffe-Brown sendiri kerap tergelincir dan mengguna¬kan istilah ”struktur sosial” untuk menyebut apa yang seharusnya di¬maksudkan sebagai ”bentuk struktural” (lihat Kuper, 1996). Yang benar¬ benar berbeda di antara keduanya adalah pemahaman mereka tentang lokus struktur (atau bentuk struktural). Konsepsi Levi-Strauss mengenai lokus struktur adalah berada dalam pikiran, bahkan dalam pikiran yang menjadi pusat perhatian Levi-Strauss sering kali adalah struktur dari semua kemungkinan struktur. Misalnya, kajian mengnai kekerabatan. Radeliffe-Brown, di pihak lain, selalu memandang struktur dan bentuk hanya dapat diakses melalui empiris, misalnya dari individu-individu A, 13, dan C ke atas, ke tingkat generalisasi yang dilandasi oleh perbandingan status-status mereka dengan status-status dari individu-individu lain, dalam masyarakat yang sama, atau akhirmya ada masyarakat mana pun secara luas.
Dalam sosiologi, istilah “struktur sosial” digunakan setidak-tidaknya semenjak Herbert Spencer, dan “organisasi sosial” sekurang-kurangnya semenjak Comte. Dalam disiplin tersebut, struktur sosial dan organisasi sosial kadang-kadang didefinisikan bahkan lebih formal daripada umumnya dikenal dalam antropologi. Pandangan Talcott Parsons me¬ngenai hubungan antara organisasi sosial dan siruktur sosial (1951) secara esensial sama dengan konsep Radeliffe-Brown, tapi sebagai tambahan Parsons memasukkan konsep sistem sosial yang terdiri dari kedua konsep vang disebut terdahlulu, yakni struktur sosial dan organisasi sosial. Parsons membedakan empat tingkatan dari sistem: yakni nilai-nilai sosial, pola ¬pola institusional, kolektivitas (kelompok) yang terspesialisasi, dan peran¬an-peranan yang dijalankan oleh individu-individu dalam kolektivitas atau kelompok itu.
Yang lebih rumit, George P Murdock (1949) dalam bukunya yang terkenal, Social Structure menggambarkan makna ”struktur sosial” yang sangat luas, suatu pendefinisian yang hanya sedikit-kaitannya dengan rumusan yang lebih tepat oleh teoretis lainnya, meskipun barangkali lebih dekat dengan makna yang biasa digunakan bagi ”organisasi sosial”. Banyak antropolog yang kemudian menyamakan begitu saja ”struktur sosial” dengan ’organisasi sosial’, yang merujuk baik kepada Radcliffe¬Brown (yang justru membedakannya), maupun kepada rumusan Parsons.
Pada masa berjayanya pemikiran Marx pada tahun 1970-an dan 1980-an, konsep-konsep ini memberikan jalan bagi pembentukan sosial yakni konsep dinamik yang mengisyaratkan hadirnya gagasan tindakan terpusat (action-centered idea) dari organisasi sosial di samping per¬hatian pada status dan hierarki yang merupakan pembentuk konsep, klasik struktur sosial. Tentu saja, para pemikir postmodernisme tak begitu peduli dengan konsep-konsep ini, dan nuansa maknanya tidak lagi di¬perhatikan. Tetapi, dalam konteks kepentingan untuk mendefinisikan aspek-aspek masyarakat, kedua konsep tersebut tetap berguna, bahkan sentral. Konsep struktur sosial dan organisasi sosial tetap merupakan perbendaharaan dasar dari disiplin antropologi sosial dan sosiologi¬s sekalipun makna yang diungkapkan Radcliffe-Brown masih kurang tepat.

E. Fungsional
Fungsional atau fungsi ditinjau dari segi etimologi adalah kegunaan lawan dari disfungsi, sedangkan menurut terminologi adalah suatu metode untuk meneliti kegunaan lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam suatu tataran masyarakat.
Menurut Robert K. Merton, fungsional adala : konsekuensi teramati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu.
Konsep pokok terakhir dalam struktural fungsionalisme adalah gagasan tentang fungsi itu sendiri. Kita mencatat bahwa ada keterkaitan antara struktur sosial dan institusi yang memberikan pedoman bagi kegiatan keduanya. Dalam cara yang sama, ada keterkaitan antara kedua konsep ini dan berbagai fungsi masyarakat sebagai contoh, seorang struktural fungsionalis akan mencirikan ekonomi dan kapitalisme sebagai suatu struktur, atau sistem dan struktur-struktur yang bekerja menurut seperangkat institusi ekonomi yang berkaitan dengannya, seperti kepemilikan pribadi, dalam melaksanakan fungsi utamanya, memenuhi sarana materi dari eksistensi bagi para anggota masyarakat.
Grabb (1984) secara kritis mempertanyakan apakah fungsi hanya dimaksudkan terkait dengan ekonomi dalam masyarakat? Sebagai mana dirancang oleh agen, atau pemimpin tertentu? Pertanyaan sedemikian itu muncul apabila istilah fungsi digunakan dalam sosiologi dan pengertian fungsi ini selalu diperdebatkan karena adanya perbedaan pendapat.
Untuk menjawab pertanyaan dari grabb tadi, meskipun banyak masalah mengenai fungsi tersebut, namun kita perlu menyeleksi konsep-konsep yang terkait dengan gagasan fungsi ketidak sepakatan, definisi tidaklah menghilangkan sekurang-kurangnya konsistensi dasar dalam penggunaan istilah fungsi ini. Bagi kebanyakan struktural fungsionalis, fungsi adalah tugas sosial, suatu tugas atau kegiatan yang harus di laksanakan dengan tingkt ketepatan tertentu. Apabila ada pengelompokkan sosial dan mempertahankan keanggotaan kelompoknya. Jadi istilah fungsi ini maknanya secara umum tidak terkait dengan satu pokok bahasan saja. Misalnya yang ditanyakan oleh Grabb tadi jawabannya tidak. Sebab fungsi itu dalam ilmu antropologi itu tidak hanya berkisar pada ekonomi saja akan tetapi ini adalah mengenai sosial. Apakah ekonomi itu bukan masuk kepada ilmu sosial? Tentu jawabnya iya, sebab ekonomi adalah masuk pada bagian ilmu sosial.
Dan diantara tugas-utgas tadi yang dimaksud dengan pengelompokkan sosial adalah, sesuatu hal terdapat pada tugas. Tugas dimana terdapat tentang wilayah kerja yang meliputi sosialisasi dan pendidikan kalangan muda.
Ada dua hal yang paling menonjol yang diutarakan oleh Grabb mengenai fungsionalis:
1. Pengamat berkeyakinan bahwa jika struktural fungsionalis menguraikan tugas-tugas masyarakat sebagai fungsi, maka mereka sebenarnya mempromosikan pandangan bahwa struktur-struktur dan institusi-institusi dari masyarakat yang ada adalah baik dan ideal yang berfungsi dengan baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Implikasinya adalah, bahwa setiap perubahan dalam tatanan yang sudah mantap dalam konteks ini niscaya disfungional yakni terganggunya kerja masyarakat yang setabil, jadi para pengeritik berkeyakinan bahwa struktural fungsionalis secara tersirat mengadopsi begitu saja pandangan bahwa struktur sosial itu tidak berubah, kadang-kadang dikombinasikan dengan diabaikannya perubahan sosial.
2. Gagasan fungsi berkenaan dengan bagaimana kita memutuskan, andai kata sesuatu berfungsi atau tidak berfungsi struktur atau institusi atas dasar apakah struktur atau institusi tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Bagi kritikus penilaian semata-mata atas dasar ini menyiratkan bahwa suatu struktur atau sistem aturan dianggap fungsional selama ini ia memenuhi tugas-tugas tertentu dalam masyarakat yang terpenting tak soal konsekwensi-konsekwensinya.

F. Penjelasan-penjelasan Fungsionalis Struktural: Beberapa Contoh Singkat
Dalam kedua contoh ini, saya akan mengganakan isti¬lah ”penjelasan” secara lebih longgar; akan muncul kemu¬dian bahwa kemampuan dari sistem Parsons yang lebih bersifat menjelaskan daripada mendeskripsikan adalah merupa¬kan suatu isu pokok untuk berbagai kritiknya.
Penjelasan tentang perubahan historis. Di sini Parsons berbicara lagi mengenai analogi tentang organisme-organis¬me biologis, kali ini menyangkut caranya sebuah sel terbagi dan berlipat-ganda. Kebanyakan orang pada suatu waktu pernah melihat sebuah film yang diperlihatkan melalui mi¬kroskop mengenai sebuah sel yang mempelah menjadi dua, kemudian menjadi empat, dan seterusnya. Bagi Parsons, perkembangan masyarakat manusia bisa dilihat dengan cara yang sama. Masyarakat-masyarakat sederhana bisa dilihat sebagai suatu sel tunggal yang semula terbagi menjadi empat sub-sistem dan sistem umum mengenai tindakan dan pada gilirannya masing-masing sub-sistem itu terbagi lagi.-Proses itu berlangsung dalam tiga tahap: sub-sistem yang baru membedakan dirinya, suatu susunan yang baru terjadi me¬lalui suatu proses adaptasi dan reintegrasi dan akhirnya ter¬dapat pemantapan dari sebuah sistem nilai-nilai yang lebih umum pada tingkat cybernetic paling tinggi - sebuah sis¬tem ni1ai-nilai yang mencakup sub-sistem baru.
Sebuah contoh yang Iebih spesifik dapat diambil dari Parsons sendiri: transisi dari sistem masyarakat desa yang berdasarkan pertanian kepada masyarakat industri. Di sini termasuk juga pemisahan ekonomi dari sistem sosialis Sedangkan dalam masyaakat pra-industri, unit keluarga adalah juga unit utama untuk produksi. Keluarga menangani dan mengerjakan tanah secara bersama-sama meskipun dengan kerja tertutup, industrialisasi miemisahkan pekerjaan ke dalam perusahaan-perusahaan dan kantor-kantor: sedangkan kehidupan keluarga hanya dibatasi di rumah, Untuk suksesnya pemisahan ini Parsons mengatakan bahwa haruslah ada kemampuan adapun yang lebih besar: pekerjaan dilaksanakan dengan lebih efisien dan rasional di dalam unit-unit industri yang baru dan produktivitas meningkat, sedangkan keluarga memenuhi fungsi-fungsi sosialisasinya secara efisien sewaktu ia melepaskan karirnya dari fungsi fungsi ekonominya. Proses integrasi mencakup koordinasi dari kedua sistem (barangkali perkembangan-perkembangan sedemikian seperti undang-undang yang melarang wanita dan anak-anak dari pekerjaan tertentu). Dan perkembangan dari suatu hirarki kontrol ekonomi yang baru, karena sang ayah dari keluarga tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan. Kedua subsistem harus diintegrasikan ke dalam; komunitas societal dan komunitas politis yang lebih luas dan akhirnya sistem nilai harus dibangun untuk memasukan peran-peran status yang baru itu, sang ayah melepaskan diri dari beberapa kekuatan yang terlebih dahulu, manajer manajer industri baru dan sebagainya.
Subkultur kepemudaan. Yang kedua, saya mau membicarakan secara singkat tentang sebuah artikel yang ditulis Parsons pada tahun 1961 mengenai Kepemudaan di Amerika dan dub kultur pemuda. Karena hal itu merupakan sebuah ilustrasi yang bagus menyangkut cara fungsionalisme struktural membicarakan tentang Kepemudaan dan Kon¬flik. Dalam konteks umum dia mengatakan bahwa abad XX merupakan suatu periode yang paling jelas untuk peru¬bahan historis dan terdapat alasan-alasan mengapa kaum muda secara khusus harus mengalami ketegangan dari peru¬bahan sedemikian. Ketegangan-ketegangan itu dilihat dalam istilah yang disebut anomi - suatu keadaan di mana nilai-ni¬lai dan norma-norma semakin tidak jelas lagi atau kehilangan relevansinya. Penjelasannya dimulai dengan kebudayaan: suatu ciri yang paradoks dari sistem nilai Amerika, bahwa pada dasarnya nilainya itu adalah kesuksesan individu dan kemajuan. Paradoksnya ialah bahwa di dalam pengejaran nilai ini, diferensiasi struktural dipercepat, masyarakat semakin cepat dan semakin kompleks dan tingkat pola nilai yang lebih rendah menjadi tak berlaku. Pada saat yang sama kompleksitas bertambah, berarti kemajuan in¬dividual harus dibatasi oleh spesialisasi dan kooperasi.¬


















BAB III
KESIMPULAN

Setelah kita membahas dan mempelajari tentang teori struktural dan fungsional. Maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan adanya teori struktural dan fungsional kita dapat mengerti apa itu struktural, bagaimana peran struktural dan fungsional, dan dapat kita simpulkan bahwa yang dinamakan dengan struktural adalah, statu bentuk atau pola-pola yang mana berhubungan dan berinteraksi, antar berbagai componen, secara singkatnya yaitu mengenai susunan atau bagian-bagian yang mana terbentuk pada fungís-fungsi itu sendiri. Misalnya ketika kita melihat sebuah desa yang mana di dalam desa itu nanti ada strtur-struktur tertentu. Misalnya ada kepala desa, ada sekretaris, ada bendahara, ada seksi-seksi, yang mana hal ini berfungsi sesuai halnya tugas masing-masing. Di dalam desa juga ada masjid, ada pengurusnya, di dalam masjid ini ada yang namanya struktur yang mana struktur ini bekerja dan mempunyai fungsi masing-masing.
Dan di dalam teori struktural fungsional ini, saling terkait antara struktur dan fungsional, di dalam tataran masyarakat di dalam berorganisasi pasti nanti terdapat yang namanya struktur dan fungsional adanya struktur pasti ada fungsional.











DAFTAR PUSTAKA

Bahannan P.M. Glazer eds. High Poins in Antropologi, New York, 1988
Fedyani, Ahmad, Antropologi Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2006
Grabb, EG, Sosial Inequality, Toronto: Holf Rine Harl, Wison fo Candra, 1984
Koentjcara Ningrat, Sejarah Antropologi I, Jakarta: VIP, 1990
Les Regles de la Methode Sociologi & Radchiffe Brown Reristaty, 1960
Majalah Journal of The Royal Antropological institute, LXX 1940, dan bunga rampainya Structure and Function in Primitive Society 1952
Pius A. Partanto, M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994

teori berfikir dalam kajian psikologi

PENDAHULUAN

Di dalam ilmu psikologi ada teori berfikir dan di dalam teori berfikir itu mencakup banyak aktivitas mental. Kita berfikir saat memutuskan sebuah pemikiran atau masalah, misalnya memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko, kita berfikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai, kita berfikir saat mencoba memecahkan soal ujian yang diberikan di kelas, kita berfikir saat menulis artikel, menulis makalah, dan lain-lain.
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Akan tetapi pikiran manusia walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak. Lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak, kegiata berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia, dan juga melibatkan peasaan dan kehendak manusia. memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu. menyadari kehadirannya seraya secara aktif menhadirkannya dalam pikiran, kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan, memilah-milah, atau membedakan. Menghubungkan menafsirkan, melihat memungkinkan yang ada, membuat analisis dan sintesis.
Biasanya, kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab, atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Seperti dikemukakan oleh Charles S. Piere dalam berfikir ada dinamik, gerak dari adanya gangguan suatu keraguan atas kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang lalu terangsang untuk melakukan tindakan.
Jadi kita harus memahami dalam teori berfikir ini mengenai jiwa, di dalam jiwa tersebut dapat menetapkan suatu hubungan antara ketahanan. Ketahanan kita, kita semua berfikir tapi dengan cara berbeda-beda. Sebagian anak umpamanya tunduk dengan kemahiran “alami” dalam bidang angka-angka, inikan merupakan suatu kelebihan yang dimiliki oleh seorang anak yang bisa berfikir dengan baik.
Berfikir merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam jiwa manusia.




PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir
Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi ia tahu atau (pengetahuan). Atau suatu proses dialektis, artinya selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan tanya jawab dengan fikiran kita untuk meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita itu, dengan tepat pertanyaan itulah yang memberi arah kepada fikiran kita. Atau juga sesuatu kegiatan mental yang melibatkan otak kita bekerja. Contoh: seorang siswa mendapatkan tugas dari gurunya untuk memecahkan masalah seperti terlihat di bawah ini. Ada beberapa buah titik dengan susunan sebagai tergambar.
. . .
. . .
. . .
Tugas siswa ialah menghubungkan kesembilan buah titik itu dengan empat buah garis, dan dalam membuat garis tersebut siswa tidak boleh mengangkat alas yang digunakannya.






Pada gambar tersebut terdapat tiga buah tonggal A, B, C, pada tonggak A terdapat empat buah benda bulat yang berbeda besar kecilnya, dan dapat dimasukkan dalam tonggak-tonggak tersebut, tugas siswa ialah: menggalikan benda-benda tersebut ke tonggak C dengan catatan pada waktu mengambil dilakukan satu demi satu dan benda bulatan yang lebih kecil tidak boleh ada di bawah benda bulatan yang lebih besar dan tiga tonggak tersebut dapat digunakan. Dalam menghadapi tugas tersebut siswa berusaha sejauh kemampuan yang ada padanya untuk menyelesaikan tugas itu dengan kata lain siswa mulai berfikir dan mulai pemecahan masalah yang dihadapi dia. Apa sebenarnya berpikir itu? Dari contoh tersebut dapat dikemukakan bahwa pada diri siswa terdapat aktivitas mental aktivitas kognitif yang berwujud. Mengolah atau memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau materi-materi yang disimpan dalam ingatannya, khususnya yang ada dalam long term memory si siswa. Mengaitkan pengertian satu dengan pengertian lain serta kemungkinan-kemungkinan yang ada, sehingga mendapatkan pemecahan masalahnya.

B. Proses Berfikir
Simbol-simbol yang digunakan dalam berfikir pada umumnya adalah berupa kata-kata atau bahasa (language). Karena itu sering dikemukakan, bahwa bahasa dan berfikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa manusia dapat menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir dengan begitu sempurna. Apabila dibandingkan dengan makhluk lain, sekalipun bahasa merupakan alat yang cukup ampuh (powerful) dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir. Sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan atau gambaran (image). Untuk menjelaskan hal ini diberikan contoh, sebagai berikut bayangkan bahwa anda ada di suatu tempat di sudut kota misalnya Bulaksumur, dan anda diminta datang di kraton. Dalam kaitan ini anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta. Khususnya yang berkaitan dengan Bulaksumur dan kraton dan menentukan jalan-jalan mana saja yang akan ditempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai di kraton. Jadi disini kita menggunakan gambaran dan tayangan (image) yang merupakan visual map atau juga disebut cognitive map yang memberi gambaran yang dihadapi. Biasanya seseorang memasuki suatu kota atau tempat yang baru akan memperoleh gambaran tentang kota atau tempat yang baru itu dan ini memberikan gambaran kepada orang yang bersangkutan atau memberi visual map atau cognitive map ini yang sering disebut non verbal thinking demikian juga apabila orang berfikir menggunakan skema-skema tertentu atau gambar-gambar tertentu dalam klasifikasi tersebut.
Walaupun berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau bayangan-bayangan atau image. Namun sebagian terbesar dalam berpikir orang menggunakan bahasa dengan segala ketentuan-ketentuannya karena bahasa merupakan ada alat yang penting dalam berpikir. Maka sering dikemukakan bila seorang itu berpikir, orang itu bicara dengan dirinya sendiri.
Proses-proses manakah yang dilalui selama kita berpikir? Diantara proses yang dilalui adalah:
1. Pembentukan pengertian, artinya dari satu masalah, pikiran kita membuang ciri-ciri tambahan yang membingungkan, misalnya hal yang menghambat pada diri kita untuk berpikir sehingga tinggal ciri-ciri yang tipis (yang tidak harus ada pada masalah ini).
2. Pembentukan pendapat, artinya pikiran kita menghubungkan atau menceraikan beberapa pengertian yang menjadi tanda khas dari masalah itu.
3. Pembentukan keputusan, artinya pikiran kita menggabungkan pendapat-pendapat tersebut.
4. Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.
Proses pertama dalam berpikir ialah: pembentukan pengertian.
a. Apa yang harus diingat diwaktu pembentukan pengertian? Yang harus diingat dalam pembentukan pengertian adalah:
1) Pengertian itu harus mempunyai isi yang tepat.
2) Kalau perlu pembentukan pengertian harus dibantu dengan hal-hal yang nyata.
b. Apa yang dimaksud pengertian? Pengertian adalah suatu alat pembantu berpikir untuk mendapatkan pandangan yang kongkrit dari kenyataan-kenyataan.
Dan proses selanjutnya di dalam berpikir ialah: pembentukan keputusan, ada beberapa pembentukan proses di dalam berpikir:
a) Keputusan dari pengalaman-pengalaman.
Misalnya: Kemarin paman duduk di kursi panjang.
b) Keputusan dari tanggapan-tanggapan.
Misalnya: Anjing kami menggigit seorang kusir, sepeda saya sudah tua.
c) Keputusan dari pengertian-pengertian.
Misalnya: Bunga itu indah.
Proses selanjutnya dalam berpikir adalah menarik kesimpulan. Yang dimaksud menarik kesimpulan adalah: disini diterangkan ada tiga macam kesimpulan dalam teori berpikir:
a) Kesimpulan induksi
Adalah kesimpulan yang ditarik dari keputusan-keputusan yang khusus untuk mendapatkan yang umum.
Contoh: Besi kalau dipanaskan akan memuai.
Tembaga kalau dipanaskan akan memuai.
Loyang kalau dipanaskan akan memuai.
Kesimpulannya, semua logam memuai kalau dipanaskan.
b) Kesimpulan deduksi
Adalah kesimpulan yang ditarik dari keputusan yang umum untuk mendapatkan keputusan yang khusus.
Misalnya: Semua manusia mesti mati.
Karta manusia
Karta mesti mati.
- Keputusan yang bersifat umum (semua manusia mati)
- Keputusan khusus dari mayor (Karta manusia) kita sebut minor, mayor dan minor kita sebut premis.
c) Kesimpulan analog
Ialah kesimpulan yang sama sebab analog dari kata an (= tidak) dan a (= benar). Jadi analogi berarti benar, atau sama. Jadi analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain yang telah kita kenal. Tetapi biasanya pengenalan kita kepada situasi. Pembanding itu kurang teliti, maka kesimpulan analogi ini biasanya kurang benar.
Misalnya: Ibu, sakit, tidur
Ayah, tidur
Ayah sakit
Misalnya lagi si Adam nakal, si Badu adik si Adam juga nakal, tentu si Charli adik si Badu nakal juga.
Adakah itu juga suatu kesimpulan? Iya memang, sebab suatu kesimpulan analogi, yang biasa disebut dengan kata. Menyamaratakan hal ini sering terjadi, sebab didalamnya ada kecenderungan untuk memusuhi atau mendekati.
Ada hubungan mengenai bahasa dengan berpikir ada dua macam pendapat dalam hal ini ialah: pendapat satu mengatakan bahwa hubungan antara berpikir dan bahasa ialah mutlak, sebab berpikir sebenarnya adalah berbicara dengan batin dan berbicara adalah berpikir yang diutarakan (diucapkan). Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa pendapat yang satu itu tidak benar jadi ada konflik pendapat. Dia mengatakan dengan bukti bahwa ada sesuatu yang dapat dipikirkan, teapi tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata dan ada kata-kata yang tidak mengiringi atau mengandung pengertian. Jadi yang benar hubungan antara keduanya itu bukan mutlak tetapi halnya erat, keeratan itu.
Misalnya: 1. Dengan bahasa kita sudah mudah berpikir.
2. Bahasa ialah alat yang utama untuk melahirkan pikiran.
3. Bahasa ialah alat untuk menyimpan pikiran.
4. Bahasa ialah alat hubungan sosial dan sebagai komunikasi.

C. Konsep Dalam Berpikir
Seperti yang dipaparkan di depan tadi yaitu mengenai proses berpikir tadi, di dalam berpikir ada sebuah konsep yang menggunakan simbol-simbol atau gambaran-gambaran, kata-kata, pengertian-pengertian, yang ada dalam ingatan khususnya ingatan yang berkaitan dengan long term memory. Pengertian atau konsep merupakan konstruksi kejadian, misalnya, pengertian manusia, marah, segi tiga belajar, dan sebagainya. Dengan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian memungkinkan manusia untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan.
Yang merah dan yang bukan merah, dapat menggolongkan manusia dan bukan manusia dan demikian juga yang lain. karena itu konsep atau pengertian merupakan alat (tool) yang baik atau cepat (convenient) dalam berpikir atau problem solving.
Dalam pengertian atau konsep didapati beberapa macam konsep yaitu:
1. Konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang sederhana.
2. Konsep-konsep yang komplek.
Pengertian sederhana merupakan pengertian yang dibatasi oleh ciri-ciri atau atribut tunggal misalnya marah. Namun justru banyak pengertian atau konsep yang menggunakan dalam berpikir dibatasi oleh ciri yang tidak tunggal. Ini yang dimaksud dengan konsep komplek di samping itu ada yang disebut dengan konsep konjugatif, konsep ini merupakan konsep yang dibtasi adanya kaitan (joint) dua atau lebih sifat atau ciri yang membentuk konsep tersebut. misalnya zebra merupakan binatang menyusui seperti kuda, tetapi loreng. Konsep disjungtif merupakan konsep yang dibatasi dengan tiap ciri atau sifat yang membawa obyek dalam kelas dari konsep. Misalnya transport dapat kuda, dapat truk, dapat becak dan sebagainya. di samping itu juga ada konsep relational, yaitu konsep atau pengertian yang mempunyai pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian yang lain. dalam keadaan sehari-hari, misalnya lebih besar dari, lebih berat dari, lebih kurang dari dan sebagainya.

D. Problem Solving
Apa yang dimaksud dengan problem. Problem solving ini timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan. Atau juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara satu dengan yang lain. Contoh: di muka menggambarkan adanya problem yang harus dipecahkan oleh seorang mahasiswa yang mendapatkan tugas dari dosennya! Mahasiswa yang mendapat problem itu akan berpikir untuk mencari pemecahannya, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem solving itu adalah directed, yaitu mencari pemecahan dan dipicu untuk mencapai pemecahnya tersebut.
Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu ada kaidah atau aturan (rules) yang akan membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. aturan ini akan memberikan petunjuk untuk memecahkan masalah banyak aturan atau kaidah dalam memecahkan masalah. Ada dua hal yang pokok yaitu aturan atau kaidah alogaritma dan horistik.
1. Alogaritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar, maka akan ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Misalnya: Apabila seseorang harus mengalikan dua bilangan, maka apabila orang yang bersangkutan mengikuti aturan dalam hal perkalian dengan benar akan ada jaminan orang tersebut memperoleh hasil pemecahan misalnya. Namun dengan demikian banyak persoalan yang dihadapi oleh seseorang tidak dikenal aturan alogaritma, tetapi dikenal aturan atau kaidah horistik yaitu merupakan strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah yang mengarah pada pemecahan masalahnya, tetapi tidak memberikan jaminan akan kesuksesan
2. Strategi umum horistik dalam menghadapi masalah, yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah-masalah yang lebih kecil.
Dalam rangka pemecahan masalah itu apabila diamati, akan terdapat adanya perbedaan dalam langkah-langkah yang diambil dari individu satu dengan individu yang lain. Ada yang segera mengambil langkah jikalau perintah itu ada dan dimengerti, dan mencoba-coba hingga sampai cara yang benar. Namun juga ada yang tidak mengambil tindakan, tetapi memerlukan kemungkinan-kemungkinan yang ada berkaitan dengan pemecahan masalahnya. Sebelum mengambil tindakan secara kongkrit.
Satu dengan yang lain dalam kaitan dengan ini ada pendapat yang berbeda satu dengan yang lain dalam kaitannya dengan problem solving ini, faktor apa yang berperan didalamnya? Pendapat yang berbeda terdapat pada pendapat yang behavioristik berhadapan dengan pandangan dari kalangan gasltalt masing-masing pihak mengajukan pendapat dengan argumentasi sendiri-sendiri dengan hasil percobaannya masing-masing.

E. Berpikir Kreatif
Setelah dipaparkan di depan tadi mengenai problem solving. Seseorang atau organisme mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Namun di dalam berpikir orang akan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkin terdapat, hal ini dapat dijumpai misalnya dalam diri seseorang menulis cerita, ataupun pada seorang ilmuwan ataupun pada bidang-bidang lain itu yang sering berkaitan dengan berpikir kreatif (creative thinking) dengan berpikir kreatif orang akan menciptakan sesuatu yang baru, timbulnya atau munculnya hal baru tersebut secara tiba-tiba. Ini yang berkaitan dengan insight. Sebenarnya apa yang dipikirkan itu telah berlangsung namun belum memperoleh sesuatu pemecahan, dan masalah itu tidak hilang sama sekali, akan tetapi harus berlangsung dalam jiwa seseorang yang pada suatu waktu memperoleh pemecahannya.
Adapun macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir secara asosiatif yaitu proses berpikir dimana sesuatu ide merangsang timbulnya ide lain jalan pikiran, dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif adalah:
a. Asosiatif bebas satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makanan dapat merangsang timbulnya ide tentang warung, atau restoran, dapur ataupun juga anak yang belum sampai diberi makan atau apa saja.
b. Asosiatif terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya ide tentang “membeli mobil”, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, atau pajaknya, atau pemeliharaannya, atau mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua yang sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih dan sebagainya.
c. Melamun: yaitu mengkhayalkan bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
d. Mimpi: Ide-ide tentang berbagai hal, yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu bangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.
e. Berpikir artistik: Yaitu proses berpikir yang sangat subyektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam menciptakan karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelum dan diarahkan kepada sesuatu, biasanya diarahkan kepada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a. Berpikir kritis, yaitu membuat keputusan atau pemilihan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menemukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.
Dalam berpikir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan “buku” adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan dicetaki huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara lain adalah angka-angka dan simbol-simbol matematika, simbol-simbol yang dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, noot musik, mata uang dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-persoalan. Untuk dapat mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam pemecahan persoalan:
1. Strategi menyeluruh, disini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dicoba dipecahkan dalam rangka keseluruhan itu.
2. Strategi detailistis, disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dicoba dipecahkan bagian demi bagian.
Dalam strategi yang pertama, sering kali dapat dilihat hal-hal yang sama pada beberapa bagian sehingga dapat diatasi sekaligus. Dengan demikian, cara ini lebih efisien dan lebih cepat, dan terutama berguna kalau waktunya terbatas.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1. Set, cara pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan yang berikut itu dapat dipecahkan dengan cara yang demikian itu. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan, terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah setnya.
2. Sempitnya pandangan, sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan menemui kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya pandangan orang tersebut, sehingga ia tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.



BAB III
KESIMPULAN

Berpikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi ia tahu atau sesuatu kegiatan mental yang melibatkan otak kita bekerja. Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya adalah menggunakan kata-kata, bayangan atau gambaran dan bahasa. Namun, sebagian terbesar dalam berpikir orang lebih sering menggunakan bahasa atau verbal (berpikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa dengan segala ketentuan-ketentuan) karena bahasa merupakan alat penting dalam berpikir. Proses-proses yang dilalui dalam berpikir diantaranya:
1. Pembentukan pengertian.
2. Pembentukan pendapatan.
3. Pembentukan keputusan.
4. Pembentukan kesimpulan
Seperti yang dipaparkan di atas yaitu mengenai proses berpikir, di dalam berpikir ada sebuah konsep atau pengertian yang menggunakan simbol-simbol, gambaran-gambaran dan kata-kata yang ada dalam ingatan khususnya yang berkaitan dengan long memory. Pengertian atau konsep merupakan kontribusi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sebuah obyek atau kejadian.
Di dalam konsep ada beberapa macam konsep yaitu:
1. Konsep sederhana yaitu konsep yang dibatasi ciri atau atribut tunggal.
2. Konsep komplek yaitu konsep yang dibatasi oleh ciri-ciri yang tidak tunggal.
Problem solving adalah pemecahan atau penyelesaian suatu masalah yang biasanya timbul karena adanya perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan. Di dalam mencari problem solving tersebut terdapat beberapa kaidah atau aturan, diantaranya:
1. Alogaritma yaitu suatu perangkat atau aturan dan apabila aturan itu diikuti dengan benar maka akan ada jaminan keberhasilan dalam problem solving tersebut.
2. Strategi umum horistik yaitu masalah tersebut dianalisis atau dipecah-pecah menjadi masalah yang lebih kecil.
Berpikir kreatif adalah berpikir untuk menemukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru.
Macam-macam kegiatan berpikir:
1. Berpikir asosiatif.
2. Berpikir terarah.



DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito, 2002, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi.
Sujanto Agus, 2003, Psikologi Umum, Surabaya: Bumi Aksara.
Wirawan Sarwono, Sarlit, 1976, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang.

sejarah peradaban islam di kota sepanyol

PEMBAHASAN

A. Asal Mula Peradaban di Spanyol
Sebagaimana disebutkan dalam Bab III, Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti : Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik, (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubemur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu'man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al¬Walid itu, Musa ibn Nusair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukanke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barban di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka inenyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan- kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83; H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi! basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasul penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum mualimin dalam penaklukan wilaya Spanyol.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-¬satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. la menyeberangi selat yang berada diantara Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. la menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasiian Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih rata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyo1. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Koderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini. belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, la berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kera¬jaan Gothic, Theodomir di Orihuela, la bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegu¬nungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan diperca¬yakan kepada Al Samah, tetapi usahanya itu gagal dan la sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abd al-Rahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, la menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini la mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, di antara kota . Poiter dan Tours itu la ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah. Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat." Akibat perlakuan yang keji, koloni-kolani Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyara¬kat: Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di bawah permerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian , maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan { karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ; ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, semen¬tara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari. Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpum kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Thariq dan Musa.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini Rekan juga mengadakan persekutuan dan memberi¬kan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri." Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

B. Perkembangan Islam Di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islamdi Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu;
1. Periode Pertama (71I-755 M)
Pada periode ini, Spanyol becada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas- politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna; gangguan-gangguan masih terja¬di, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini.Oleh karenaitu, terjadi duapuluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) clan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol. Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki keaiatan pembangunan di bidang per¬adaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasii menaklukkan Bani Umay¬yah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al ¬Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushat. la mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terja¬di. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diper¬bolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kris¬ten. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara di samping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang yang tak puas membangkit¬kan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun fan anaknya yang berpusat di pegu¬nungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang¬orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al ¬Rahman III yang bergelar "An-Nasir" sampai munculnya raja-¬raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. la berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah¬-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-I009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-Rahman al-Nashir mendirikan universitas Cor¬dova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan clan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M. Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaar. secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. la wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya ai-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda keka¬cauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (I013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja gotongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang padaperiode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sasterawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lainnya.
5. Periode Kelima (1086-I248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dng dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusa (ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasa mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. la masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen: dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa" sesudah ibn Casyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di. Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnyta tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangisung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasadinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492); Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggtinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabelia untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini doat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.

C. Kemajuan Peradaban
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
1. Kemajuan Intekltual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemen yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan al-Muwalladun (orang-orang Spanyol orang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqaliba (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab' dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknva lingkungan budaya Andalus yang melahirkan keebangkitan iImiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.

a. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yangsangat brilliant dalam bentangan sejarah Islam. la berperan sebagai jembaatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Tumur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan umversitas-universitasnya mampu menyaingi`Baghad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dila kukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyahdi Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail pendudukasli Wadi Asy, sebuah dusun kecil sebelah timur Granada dan wafat pada usia (anjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. la lahir tahun 1126 M meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah mujtahid.
b. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farna termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim Ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilimu astronomi. la dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. la juga berhasil membuat teropong modern yang menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umu al-Hasan bin Abi Ja’far dan saudara perempuan al Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian Barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valeicia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Turi adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.
c. Fiqih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn al Quthiyah, Munzir ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. la juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non -Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor¬duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra banyak bermunculan, seperti Al-’1qd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al¬Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al¬kalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian mat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder tersier, dan jembatan jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan na'urah (SpanyolNoria). Di samping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman.
a. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan puncaknya terpancang istana Damsik.
b. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangun¬annya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indah¬nya.
3. Faktor faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd al¬Rahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976). Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah Baghdad dan Umayah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur¬dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.

D. Penyebab Kemunduran Dan Kehancuran
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dan pertentangan diantara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalmi kemunduran,
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain para muallat diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah `ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibat Perpecahan politik pada masa Muluk al-Thawa'if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga Toledo. Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaing Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunyu pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang di antaranya justru lebih maju.




PERADABAN ISLAM DI MONGOL

A. Awal Peradaban
Masa Mongol dalam sejarah kebudayaan Islam dimulai sejak jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H/ 1258 M sampai masuknya tentara Usmani ke Mesir kemudian menguasai Afrika Utara, Jazirah Arab,Siria pada tahun 1517 M di bawah pimpinan Sultan Salim. Kekuasaan Mongol membujur dari perbatasan India di sebelah Timur sampai ke perbatasan Siria di sebelah Barat, di celah-celah itu pernah keturunan Persi dan Arab menguasai Persia dan Irak dalam waktu singkat. Di daerah kekuasaan Mongol ini berdiri Daulah Elkhaniyah yang berkuasa di Irak dan Persi yang kemudian digantikan oleh daulah Timuriyah. Daulah Syagtaniyah yang menguasai Turkistan dan Afganistan, kemudian juga direbut oleh daulah Timuriyah.

B. Ciri - ciri Masa Mongol
a. Berpindahnya pusat ilmu.
Kegiatan ilmu yang pada masa Abbasiyah berpusat di kota-kota Baghdad, Bukhara, Naisabur, Ray, Cordova, Sevilla, ketika kota-kota tersebut hancur maka kegiatan ilmu berpindah ke kota-kota Kairo, Iskandariyah, Usyuth, Faiyun, Damaskus, Hims, Halab dan lain-lain kota di Mesir dan di Syam.
b. Tumbuhnya ilmu-ilmu baru.
Dalam masa ini mulai matang ilmu umron (sosiologi) dan filsafat tarikh (philosophy of history) dengan munculnya Muqaddimah Ibn Khaldun sebagai kitab pertama dalam bidang ini. Juga mulai disempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan, ilmu kritik sejarah.

c. Kurangnya kutubul khanah.
Dalam zaman ini banyak perpustakaan besar yang musnah bersama segala kitabnya karena terbakar atau tenggelam di tengah-tengah suasana yang kacau waktu penaklukan Mongol di Timur dan penyerangan Spanyol di Barat. Atau pemusnahan kitab-kitab dan perpustakaan sebagai akibat terjadinya pertentangan sengit antara firqah-firqah agama. Atau karena menjadi rusaknya kertas dan mengaburnya tinta akibat lapuk di makan usia.

C. Kondisi Keagamaan
Penguasaan Mongol atas daulah Islam hampir memusnahkan unsur Arab dan bahasanya, juga agama Islam. Dengan tindakan pemusnahan pembakaran dan pembunuhan selama peperangan maka ratalah kota dan daerah yang dikuasai. Mereka bunuh penduduknya, mereka rampas hartanya, mereka runtuhkan gedung-gedungnya, mereka bakar kutubul khanahnya, maka musnahlah perbendaharaan kebudayaannya. Namun suatu hal yang luar biasa bahwa Jenghis Khan yang meruntuhkan semua itu, di antara keturunanna ada yang bangun menjadi, pemelihara dan pembangun kembali agama dan kebudayaan Islam.

D. Umat Islam Melahirkan Ilmuwan Besar
Ummat Isiam masih melahirkan Ilmuwan Besar. Ketika kaum Muslimin terendam darah kesedihan, serangan Mongol sedang menghebat, pembunuhan, penghancuran, perampokan dan pemusnahan merajalela, masih juga ummat Islam dapat berfikir, menciptakan sesuatu yang besar dan melahirkan ilmuwan internasional walaupun jumlahnya sedikit, antara lain :
a. Ibnu Taimiyah
Lima tahun sesudah Baghdad runtuh 1258 M oleh Hulago dan penyerbuan Mongol masih sedang giat-giatnya, lahirlah Ibnu Taimiyah tahun 661 H/1263 M. di Harran. la adalah seorang perintis dan pejuang bidang agama. Sewaktu masih bayi bapaknya membawanya pindah ke Damaskus, ibukota Syam. Disanalah dia belajar dan rnenyelesaikan pelajarannya.
b. Nasir Ad-Din Tusi
Nasir ad-Din Tusi nama lengkapnya adalah Abu Jafar Muhammad ibn Muhammad ibn Hasan Nasir ad-Din Tusi wafat tahun 676 H / 1274 M. Nasir ad-Din Tusi mendirikan sebuah observatorium di Maragha, sebuah tempat yang terletak di Asia kecil. Dari observatorium ini ia dapat memperbaharui ilmu bintang. Diperbuatnya jadwal perjalanan bintang baru yang dinamai jadwal Elkhaniah, sebagai penghormatan kepada raja Mongol yang memberi sokongan untuk mendirikan observatorium itu. Alat dan perkakas ervatorium Maragha sangat menarik perhatian orang. Yang sangat menakjubkan adalah sebuah perkakas yang merupakan sebuah berputar, disusun atas berbagai cincin. Bola dipergunakan untuk menentukan tiap-tiap bintang di cakrawala. Ilmu ini sudah lama diimpikan orang pandai semenjak dahulu kala, tapi gagal membuatnya. Ptolemy dan orang-or¬ang pandai Alexandria telah mencoba membuatnya tetapi belum pernah berhasil. lain dari itu di Maragha didapati pula perkakas istimewa masing-masing terpisah karya khusus. Salah satunya yang besar ialah bukunya AI-Radd 'ala al-Manthiqiyyah (Bantahan pada para ahli logika) yang dihargai sangat tinggi oleh para sarjana modern. Sebuah karya lainnya ditulis Ibn Taimiyah sebagai kritik yang itujukan khusus kepada filsafat Ibn Rusyd dalam bukunya al-Kasyfu 'an Manahij al-Adillah Penyingkapan berbagai metode nembuktian).


E. Komentar para Orientalis terhadap Kaum Muslimin di Negeri Spanyol
Banyak komentar yang diberikan oleh kawan Orientalis Barat terhadap masuknya kaum Muslimin dan sumbangsih serta kemajuan yang diberikan oleh mereka (kaum Muslimin) di Spanyol.
Sebenarnya, hal yang memudahkan kaum Muslimin menaklukkan Spanyol adalah keadaan Spanyol yang sangat kacau sebelum kedatangan kaum Muslimin di sana. Kekacauan itu disebabkan adanya pertikaian-pertikaian antara sesama umat Nasrani. Belum lagi, adanva pertentangan antar sesama penguasa daerah untuk merebut kekuasaan di Spanyol sendiri.
Sehubungan dengan kejadian itu. seorang ahli sejarah Spanyol Saveedra menyatakan penyesalannya dalam bukunya Estudio Sobre Ia In vasion de Los bes eu Espana sebagai berikut:
"Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa sebelum kedatangan kaum Muslimin di Spanyol, keadaan Spanyol sangat terbelakang sekali. Sebagai¬mana tidak berlebihan pula jika kita katakan bahwa sumbangan kaum Muslimin sangatlah besar dalam memajukan negeri Spanyol. Sebab utama kemunduran bangsa Spanol sebelum kedatangan kamt Muslimin adalah banyaknya kekacauan dan pertikaian yang meliputi seluruh Spanyol. Kematian raja Gathisiyah menyebabkan negara Spanyol dilanda pertikaian agama. Duduknva panglima Rhoderik di singgasana Spanyol menyebabkan banyak lawannya yang minta bantuan dari bangsa asing untuk menumbangkan panglima Rhoderik. Setelah kaum Muslimin datang ke Spanyol, satu per satu benteng dan kota Nasrani jatuh ke tangan kaum Muslimin, sampai sampai panglima Theodomere menolak untuk bersatu dengan tentara Nasrani di bawah pimpinan Storuyac untuk memukul mundur kaum Muslimin. Sungguh keadaan demikian itu karena tidak adanya persatuan antar sesamanya, seperti yang ada pada bangsa Spanyol dewasa ini.

KESIMPULAN

Sebuah sejarah peradaban Islam yang berada di Spanyol asal mulanya timbul salah satunya yang dipelopori oleh salah satu khalifah Alwalid (705-715 M) dia adalah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol umat Islam menguasai Afrika Utara untuk dijadikan sebagai salah satu Propinsi dari dinasti bani Umayyah.
Setelah itu sesudah Islam masuk di kota Spanyol ini ada sebuah perkembangan. Perkembangan terjadi pada masa itu yang terjadi pada enam perode diantaraya:
a. Perode pertama (711-755 M)
b. Perode kedua (755-912 M)
c. Perode ketiga (912-1013 M)
d. Perode keempat 1013-1086 M)
e. Perode kelima (1086-1248 M)
f. Perode keenam (1248-1492 M)
Di sinilah Islam mulai berkembang pesat di kota Spanyol melalui peradaban peradaban yang ada di kota Spanyol diantaranya:
1. Kemajuan Intelektual
Diantaranya: a) Filsafat, b) sain, c) Fiqih, d) musik kesenian, e) bahasa dan sastra.
Dengan pemerintahan yang bbaik menghasilkan pembangunan kota-kota diantaranya adalah: a. Cordova, b. Granada
Adapun awal permulaan peradaban Islam di Mongol adalah dengan ditandai jatuhnya kota Bagdad pada tahun 1258 M, ke tangan bangsa Mongol dan ini merupakan akhir khilafah bani Abbasiyah tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam pada bani Abbasiyah dan di situlah awal mula masuknya tentara Islam ke Mesir kemudian menguasai Afrika pada tahun 1517 M, di sinilah kemudian peradaban Islam di daerah Mongol menjadi pusat para rajja-raja Islam terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Syalabi, Ahmadi. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, Jakarta: UI Pres, 1985
Grunebaum, Sejarah Islam Kesatuan Keseragaman, Jakarta: Yayasan
Husni, Mustofa, As-Siba’’I, Khazanah Peradaban Islam, Bandung Pustaka Setia, 2002
As-Sya’labi Mausu’ah Al-Tarikh Al-Islam, wal Hadroh al-Islamiyah, Jilid 4 (Kairo: Maktabah Nadharoh Misriyah, 1974